JAKARTA, KOMPAS.com - Gaya hidup yang dinamis ditambah minimnya pengetahuan pengelolaan keuangan, membuat generasi milenial dan gen Z merasa sulit untuk mengatur keuangan.
Sebagian milenial dan gen Z juga masih sulit mengatur keuangan sesuai skala prioritas. Keberhasilan mengelola keuangan sendiri sangat ditentukan oleh kedisiplinan dalam menjaga konsistensi gaya hidup hemat dan cerdas.
Hidup hemat adalah mampu untuk mengutamakan kebutuhan di atas keinginan serta mengatur pemenuhan kebutuhan dengan hal-hal berkualitas secara efisien.
Baca juga: Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Metode 50/30/20
Hidup hemat bukan berarti menekan pengeluaran sehingga tidak memperhatikan kualitas, tetapi mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dan seimbang dengan penghasilan. Sehingga pengelolaan keuangan akan lebih baik.
Apalagi fenomena You Only Live Once (YOLO) dan Fear of Missing Out (FOMO) tengah marak terjadi. Hal ini juga menjadi tantangan terbesar bagi milenial dan gen z dalam mengelola keuangannya.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Aman Santosa menilai, literasi keuangan menjadi suatu hal yang penting agar para milenial dan gen Z saat ini dapat mengedepankan kebutuhan dibanding keinginan.
“Jadi prinsipnya kalau kita sudah suka membeli yang tidak diperlukan, kalau membeli sesuatu yang tidak produktif, siap-siap lah tidak membeli barang yang dibutuhkan sebelumnya,” ujar Aman dalam keterangannya pada acara Financial Literacy Roadshow bertema “Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman” di FEB UI, dikutip pada Kamis (7/9/2023).
Baca juga: Simak 5 Tips Mengatur Keuangan Sejak Masih Jadi Pekerja Pemula
Dalam pengelolaan keuangan, lanjutnya, milenial dan gen Z perlu memerhatikan hal-hal yang penting dalam memilih produk dan layanan jasa keuangan untuk mengelola manajemen keuangannya.
"Kenali produknya, pahami fiturnya, manfaat dan risikonya, pahami hak dan kewajiban sebagai konsumen, termasuk mekanisme perlindungan konsumennya," tutur Aman.
Lebih lanjut, milenial dan gen Z juga perlu memperhatikan barang-barang apa saja yang memang dianggap penting untuk kebutuhan sebelum terlanjur melakukan transaksi pembelian terhadap barang tersebut.
“Intinya kita ingin mengatakan wisdom (kebijaksanaan) yang kedua adalah teliti sebelum membeli, kita sebelum transaksi pahami betul-betul itu merupakan kebutuhan yang kita butuhkan,” ungkap Aman.
Baca juga: Simak 7 Tips Bijak Mengatur Keuangan
Hal terakhir yang dapat dilakukan dalam memilih produk ataupun layanan jasa keuangan adalah terkait dengan legalitasnya, apakah produk ataupun layanan tersebut diawasi oleh OJK atau tidak, dan bersifat legal atau ilegal.
“Yang legal itu berizin di OJK, yang tidak legal tidak berizin dari OJK, kalau tidak berizin hampir dipastikan bisa menyesatkan," papar Aman.
Adapun produk keuangan yang terdaftar di OJK, sudah tentu diawasi dan mengikuti aturan main yang harus dipatuhi sehingga konsumen akan relatif lebih aman. Untuk itu Aman mengimbau, jangan sampai kaum milenial terjerumus ke dalam lingkaran pinjol ilegal.
Dirinya meminta anak muda agar dapat membedakan mana pinjol yang legal dan ilegal di tengah menjamurnya pinjol yang menyesatkan masyarakat.
Baca juga: Simak Tips Mengatur Keuangan untuk Nonton Konser
Generasi milenial dan gen Z memang dinilai sebagai generasi paling adaptif terhadap perkembangan zaman. Salah satunya, tren penggunaan paylater untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup seperti memesan makanan, fashion hingga agen perjalanan.
Apalagi, belakangan kaum milenial dan gen z begitu dimanjakan dengan akses sektor finansial.
“Bayangkan saja dengan one click, mereka bisa melakukan apa saja seperti memesan makanan hingga produk fashion dengan pay later,” terang Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto.
Ia mengungkapkan, layanan pay later saat ini hadir di berbagai platform digital memberikan kemudahan. Apalagi proses pendaftarannya relatif cepat dan pengajuannya mudah.
Baca juga: Simak 6 Tips Mengatur Keuangan untuk Fresh Graduate
Namun di satu sisi, penggunaan pay later yang berlebihan bisa menjadi bumerang bagi penggunanya. Bagai pisau bermata dua. Alih-alih ingin memudahkan beragam kebutuhan hidup justru bisa membelit masalah finansial.
Untuk itu, dirinya mewanti-wanti kaum muda untuk bijak dalam menggunakan layanan pay later. Jangan sampai menimbulkan masalah keuangan di kemudian hari.
Pasalnya, hal tersebut bisa memberikan credit score buruk bagi pengguna yang tercatat dalam BI Checking atau kini populer dengan istilah Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
Sementara itu, Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyarankan, produk investasi yang cocok untuk kaum milenial saat ini adalah obligasi, karena bersifat kepemilikan surat berharga yang tentunya relatif aman.
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan Saat Ramadhan agar Tak Boros
“Obligasi itu salah satu alternatif investasi yang relatif aman, kenapa? karena dia sifatnya pendapatan tetap dia sifatnya itu kepemilikan surat berharga, surat utang yang bisa dihold sampai jatuh tempo dapat nanti kupon ya atau bisa dijualbelikan sebelum jatuh tempo, nanti bisa dapat yang namanya capital gain,” ujarnya.
Menurutnya, obligasi berbeda dengan investasi saham yang sangat bergantung pada fluktuasi harga saham, dimana mengikuti keadaan perekonomian Indonesia maupun global.
“Bisa jadi kalau kita invest di saham, sahamnya jelek, perusahaannya jelek, sahamnya turun begitu kita ambil, uangnya hilang sebagian merugi, tapi kalau obligasi cenderung lebih aman,” imbuhnya.
Adapun, salah satu jenis obligasi yang sangat diminati saat ini adalah obligasi pemerintah, karena obligasi pemerintah biasa disebut dengan safe haven asset atau aset yang relatif aman karena dimiliki langsung oleh pemerintah dan tentunya aset tersebut dapat terjaga dengan baik.
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan untuk Ibu-ibu Pelaku UMKM
“Nah ini kelihatan juga bahwa kepemilikan obligasi pemerintah oleh investor ritel, investor individu itu meningkat tajam, dan pemerintah juga merespon ini dengan menerbitkan obligasi yang bisa dibeli oleh individu obligasi ritel, penerbitannya jadi lebih sering,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.