Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga Acuan Diprediksi Bertahan

Kompas.com - 19/09/2023, 12:27 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5 persen dalam pertemuan bulan ini.

Hal tersebut akan dilakukan meskipun inflasi AS pada Agustus kembali naik ke level 3,7 persen secara tahunan. Pada Juli 2023, inflasi AS ada di level 3,2 persen.

Rkonom Bahana TCW Emil Muhamad mengatakan, saat ini bank sentral global sudah mulai menyadari pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Lawan Inflasi, Bank Sentral Eropa Kerek Suku Bunga Acuan

Ilustrasi inflasi. SHUTTERSTOCK/D.EE_ANGELO Ilustrasi inflasi.

Langkah itu akan tetap diambil meskipun dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi.

"Kami melihat ke depan bank sentral global segera shifting ke arah growth over stability. Namun perlu dicatat bahwa stability bisa tetap dijaga dengan beragam kebijakan,’’ kata dia dalam keterangan resmi, Selasa (19/9/2023).

Emil menambahkan, Bank Indonesia (BI) misalnya bisa menempuh kebijakan pro growth melalui kebijakan makroprudensial loan to value (LTV) dan diskon giro wajib minimum (GWM).

Sementara itu, untuk menjaga stabilitas dapat dilakukan dengan kebijakan suku bunga dan melalui sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Baca juga: Simak Beragam Jenis Suku Bunga dan Pengertiannya

Namun demikian, pasar akan terkejut bila AS kembali menaikkan suku bunganya. Menurut Emil, kenaikan itu tidak perlu direspons oleh BI dengan menaikkan suku bunga acuan.

"Bila The Fed menaikkan suku bunganya pada bulan ini, maka untuk pertama kali dalam sejarah, suku bunga acuan AS berada pada level yang sama dengan suku bunga acuan Indonesia sebesar 5,75 persen," imbuh dia.

Ilustrasi gedung bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. SHUTTERSTOCK/MDART10 Ilustrasi gedung bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve.

Hal ini memang akan menambah tekanan terhadap nilai tukar, tetapi bank sentral bisa menjalankan triple intervention dan instrumen barunya, yakni SRBI.

Dalam kondisi global yang penuh tekanan saat ini, menjaga yield differential dianggap lebih penting bagi kebijakan moneter.

Baca juga: Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Meningkat, Saham-saham Teknologi di AS Jatuh

Pada pertengahan September 2023 ini, selisih yield surat berharga negara (SBN) dengan surat berharga AS atau  US treasury (UST) tenor 10 tahun telah naik ke 2,35 persen.

Selama selisihnya masih di atas level terendah yang pernah terjadi di 2,12 persen, yield SBN masih cukup menarik bagi investor asing, apalagi pemerintah terus berupaya menekan inflasi domestik.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Agustus sebesar 3,27 persen secara tahunan sehingga inflasi Indonesia sejak Januari hingga Agustus 2023, tercatat sebesar 1,33 persen.

Angka itu masih berada dalam target bank sentral sekitar 2 sampai 4 persen hingga akhir 2023.

Baca juga: Inflasi AS Naik, Indeks Dow Jones Berakhir Merah

"Dengan menjaga yield di pasar keuangan tetap menarik, BI dapat mempertahankan suku bunga meski The Fed masih membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunganya satu kali lagi ke depan,’’ ungkap Emil.

Emil memperkirakan, suku bunga The Fed dan suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate tidak akan bergerak hingga akhir tahun meski dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi.

Bank sentral secara global akan lebih mempertimbangkan prospek pertumbuhan dan inflasi di tahun depan dalam menentukan arah kebijakannya hingga akhir tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com