Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gary Khoeng
Partner

Gary Khoeng joined Vertex Ventures Southeast Asia & India in 2017. He focuses primarily on covering Indonesia’s burgeoning startup ecosystem. Prior to joining Vertex, Gary was actively investing in early-stage opportunities entrepreneurs at an Indonesian fund across various sectors including e-Commerce, Fintech, Media and SaaS.

Lanskap Startup Asia Tenggara: Awal Kelesuan atau Potensi Menjanjikan?

Kompas.com - 05/12/2023, 10:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di Indonesia, misalnya, lebih dari 70 persen pendanaan yang diumumkan di publik sejak tahun 2022 adalah untuk tahap awal (seed funding) hingga seri-A.

Sebagian besar perusahaan Dana Kelolaan (Funds) di Indonesia maupun regional pun berinvestasi di startup tahap awal.

Hal ini menunjukkan adanya kekurangan pendanaan untuk pendanaan startup di tahap selanjutnya, sehingga startup perlu lebih kreatif untuk menarik investasi dan mendukung rencana pertumbuhan mereka.

Bagaimana masa depan ekosistem teknologi Asia Tenggara?

Ekosistem teknologi Asia Tenggara masih dipenuhi dengan prospek dan peluang yang menarik. Ada beberapa area strategis yang akan terus bertumbuh.

Pertama adalah pertumbuhan investasi VC tahap awal. Investasi dari sektor swasta, terutama di Singapura, telah berjalan dengan baik, tapi negara-negara lain di Asia Tenggara juga mengalami pertumbuhan investasi yang positif (Straits Times).

Dengan kemunculan Indonesia dan Thailand yang semakin kompetitif menjaring pendanaan, kita bisa melihat lonjakan pertumbuhan startup yang lebih merata di kawasan ini.

Kemunculan VC yang semakin banyak bisa membuka jalan untuk kelahiran unicorn-unicorn baru dan mendukung ekosistem digital secara keseluruhan.

Salah satu area lain yang menarik untuk dicermati adalah ClimateTech. Pasalnya, 9 dari 10 negara anggota ASEAN telah berkomitmen untuk mencapai nol emisi pada tahun 2050.

Hal ini akan mendorong pertumbuhan pesat di sektor teknologi yang berkaitan dengan perubahan iklim.

Asia Tenggara akan berada di garis depan revolusi iklim, dengan menciptakan berbagai peluang bagi startup untuk mengembangkan solusi inovatif yang dapat mengatasi tantangan iklim.

Perusahaan portofolio kami, Fairatmos, yang berbasis di Indonesia, memudahkan masyarakat untuk mengembangkan proyek penyerapan karbon dan membiayai program penghijauan lokal.

Secara global, Natural Climate Solutions (NCS) seperti Agriculture, Forestry, and Other Land Use (AFOLU) berpotensi mengurangi 7 gigaton CO2e per tahun.

Negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dapat berperan penting dalam mencapai target ambisius tersebut. Indonesia sendiri bisa menyumbang 20 persen penurunan emisi dari target yang ada.

Kesimpulannya, memang situasi startup Asia Tenggara yang notabene tergolong muda memang sedang menghadapi proses kalibrasi ulang.

Namun, dengan memaksimalkan potensi yang ada dan meminimalasi risiko, kawasan Asia Tenggara bisa bertransformasi menjadi ekosistem startup yang krusial.

Tentu proses ini tidak mudah maupun singkat, tapi dengan memadukan inovasi, visi jangka panjang, resiliensi, dan dedikasi, Asia Tenggara bisa mengembangkan ekosistem startupnya ke level yang lebih besar.

Kita tetap harus menavigasi dinamika perjalanan yang penuh dengan peluang dan tantangan, tapi jangan lupakan kesempatan emas yang menunggu di depan mata, karena Asia Tenggara bisa menjadi pusat startup yang signifikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com