Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Indonesia Jadi Negara Maju sebelum 2045, Ini Pesan Luhut untuk Capres

Kompas.com - 22/12/2023, 11:20 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pesan untuk calon-calon presiden yang tengah berkontestasi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Luhut menyampaikan pesan tersebut dalam konferensi pers secara virtual Kemenko Marves bertajuk "Evaluasi Kinerja 2023 Menuju Indonesia Emas 2045" pada Jumat (22/12/2023).

Luhut mengatakan, Indonesia akan menghadapi kondisi ekonomi yang kompleks, sehingga dibutuhkan kekompakan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5 sampai 10 tahun ke depan.

Baca juga: AS-RI Kerja Sama Mineral Kritis, Luhut: Mereka Butuh Bahan Baku Industri Mobil Listriknya

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui usai perayaan ulang tahunnya ke-76 di Sopo Del Tower, Jakarta, Kamis (28/9/2023). Dok. PT (PLN) Persero Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat ditemui usai perayaan ulang tahunnya ke-76 di Sopo Del Tower, Jakarta, Kamis (28/9/2023). 

"Saya ingin sampaikan kepada masyarakat luas dan calon presiden yang akan datang, pemimpin yang akan datang, kita menghadapi kita menghadapi masalah yang kompleks dan kita harus kompak," kata Luhut.

Dalam paparan Kemenko Marves disebutkan bahwa agar Indonesia menjadi negara maju sebelum 2045, pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen tidak cukup.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia harus meningkat rata-rata 6 persen hingga 2030 sehingga Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita mencapai 10.000 triliun dollar AS.

Namun demikian, tanpa adanya upaya transformatif yang berkelanjutan, PDB per kapita Indonesia 2030 rata-rata hanya di kisaran 8.000 triliun dollar AS.

Baca juga: Ekonom: Penyaluran Kredit Harus Naik 20 Persen agar Pertumbuhan Ekonomi 6 Persen

"Ini sebabnya kami menyiapkan semua ini dan melaporkan kepada presiden karena presiden ingin Indonesia itu masuk projectory ini, tapi kan enggak segampang itu," ujarnya.

Luhut juga menceritakan pengalamannya sebagai pembantu presiden dalam 10 tahun terakhir. Ia mengatakan, banyak peraturan-peraturan yang sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini, dan perubahan-perubahan yang dilakukan cukup sulit.

"Perubahan-perubahan peraturan tersebut bukan hal yang gampang sampai pada undang-undang," tuturnya.

Lebih lanjut, Luhut mengapresiasi Presiden Jokowi yang mampu bernavigasi saat ekonomi dunia tengah sulit. Sebab, kata dia, Jokowi mau melihat data yang disiapkan pembantu presiden dan mengeksekusi program.

Baca juga: Proyeksi Isu Ekonomi Debat Cawapres 22 Desember, dari Pertumbuhan Ekonomi sampai Penerimaan Pajak

Ia pun berharap presiden RI ke depannya memiliki sifat seperti Presiden Jokowi agar program-program berjalan dengan baik.

"Kalau kita mau (ekonomi) tumbuh 6 persen lebih karena bonus demografi kita akan habis 2038 dan itu akan orang tua dan itu akan jadi beban. Ini jangan kita lihat angin surganya saja. Kita lihat apa masalah ke depan kalau kita tidak hati-hati," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com