Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Yakin Penguatan Rupiah Terjadi Setelah Suku Bunga The Fed Turun

Kompas.com - 31/01/2024, 12:26 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) meyakini Fed Fund Rate (FFR) akan turun pada 2024 ini. Meskipun demikian, belum dapat dipastikan kapan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed itu akan turun.

Hal tersebut diungkapkan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (31/1/2024).

"Semua orang masih menebak, apa benar Fed Fund Rate akan naik di semester I, tapi mereda mungkin di semester II, tapi jelas akan turun, setidaknya akan mereda," kata dia.

Baca juga: Rupiah Tertekan, Gubernur BI Sebut karena Faktor Berita

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan pada acara Rakornas Pengendalian Inflasi 2023 di Istana Negara. Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan pada acara Rakornas Pengendalian Inflasi 2023 di Istana Negara.

Ia menambahkan, penurunan suku bunga The Fed juga akan memberikan angin segar bagi kondisi rupiah saat ini.

Saat ini dollar AS masih dalam keadaan yang relatif kuat. Namun, penurunan FFR akan berdampak baik pada nilai tukar rupiah.

Lebih lanjut, Perry meminta semua pihak untuk tetap waspada dengan adanya tantangan ekonomi yang terjadi imbas dari pelemahan ekonomi China dan tensi geopolitik yang naik turun.

Sebaliknya, Perry berpesan agar semua pihak memandang optimistis terhadap situasi yang ada.

Baca juga: Mansek Proyeksikan Ekonomi RI 2024 Tumbuh 5,1 Persen, Rupiah di Bawah Rp 15.000

"2024, Insyallah Tuhan yang Maha Kuasa akan memberikan rahmat-Nya bagi kita semua," imbuh dia.

Lebih lanjut, Perry menjelaskan pihaknya ke depan akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

ilustrasiPIXABAY/IQBAL NURIL ANWAR ilustrasi

Tak hanya itu, BI juga akan melihat apakah terdapat kesempatan untuk dapat menurunkan suku bunga acuan pada 2024 ini.

"Kami akan terus perkuat bauran kebijakan moneter tetap prostability, sambil melihat celah-celah semester II, apakah ada ruang turunkan suku bunga, menstabilkan kurs," tandas dia.

Baca juga: Walau Melemah, BI Sebut Rupiah Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia hingga Won Korea

Sebelumnya Perry sempat berujar, era kebijakan pengetatan moneter The Fed diproyeksi telah berakhir, dan pasar berekspektasi suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) mulai turun pada kuartal I atau kuartal II.

"Tetapi ternyata data-data terakhir kayaknya FOMC (pertemuan pejabat The Fed) sabar untuk tidak buru-buru menurunkan FFR karena ekonomi masih tumbuh bagus dan inflasi inti juga belum turun di bawah sasaran," ujarnya.

Sinyal The Fed yang tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga acuannya membuat indeks dollar AS menguat.

Tercatat indeks dollar AS bergerak di kisaran 103, sehingga menekan mata uang lain, termasuk rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com