Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang BTN Lahirkan Bank Syariah Terbesar Kedua di Indonesia

Kompas.com - 06/02/2024, 06:07 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Bahkan, ia menyebut penggabungan Bank Muamalat dan BTN Syariah diharapkan bisa masuk 16 besar bank syariah dunia.

Baca juga: Erick Thohir Beberkan Rencana Gabungkan Bank Muamalat dan BTN Syariah

Pengamat perbankan sekaligus ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abdul Manap Pulungan, mengungkapkan Indonesia memang membutuhkan bank syariah dengan ukuran aset yang besar dan kuat.

Kehadiran Bank Muamalat dianggap penting, karena aspek sejarah menunjukkan Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia.

"Kita perlu bank syariah yang kokoh dan kuat agar ceruk dari ekonomi syariah itu bisa maksimal di Indonesia," ungkap dia.

Sependapat, Komisaris Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menjelaskan, akusisi BTN Syariah yang dapat menghadirkan bank besar akan mengakselerasi pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia.

"Eranya konsolidasi, jadi ya wajar-wajar saja mencari partner untuk membesarkan," kata dia ketika ditemui di Jakarta, Kamis (25/1/2024).

Ia menjelaskan, akuisisi ini seharusnya menguntungkan dua belah pihak perbankan. Dengan bergabungnya Bank Muamalat, aset BTN Syariah akan jadi besar.

"Tergantung nanti hasil due diligence (uji tuntas). Tapi saya belum tahu seperti apa karena due diligence menentukan berapa harganya," imbuh dia.

Di sisi lain, pengamat perbankan dari Centre for Banking Crisis Ahmad Deni Daruri menilai, di balik rencana akuisisi tersebut, ada misi penyelamatan Bank Muamalat yang dinilai sangat penting keberadaannya sebagai bank syariah pertama yang berdiri di Indonesia.

Menurut pria yang karib disapa Deni itu, rencana BTN untuk mengakuisisi Bank Muamalat patut diapresiasi. Pasalnya bank syariah tertua di Indonesia itu membutuhkan injeksi modal agar bisa lebih ekspansif dan keluar dari persoalan masa lalu.

“Bank Muamalat memang sudah lebih sehat ketimbang 2 tahun lalu, tapi sehat saja tidak cukup. Bank mesti bertumbuh dan modalnya terus ditingkatkan agar bisa menjalankan fungsi intermediasi lebih optimal lagi,” tutur dia.

Saat ini, rasio pembiayaan terhadap pendanaan Bank Muamalat atau finance to deposit ratio (FDR) hanya sebesar 45 persen, atau jauh di bawah batas ideal. Sementara rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 28,67 persen pada akhir September 2023.

"Ketika manajemen Bank Muamalat ingin ekspansi untuk menggenjot FDR ke batas ideal, maka CAR bisa tergerus," imbuh dia.

Pasalnya, setiap penyaluran pembiayaan atau ekspansi bisnis lainnya akan membentuk aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Dengan kata lain, bank harus menambah permodalan, menyesuaikan profil risiko dan kebutuhan ekspansi.

“Bank selalu membutuhkan suntikan modal tambahan. Pada titik ini, BPKH tidak bisa terus menerus membenamkan dana haji sebagai tambahan modal. Terlalu berisiko karena dana umat wajib diinvestasikan di instrumen yang aman,” terang Deni.

Baca juga: Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat Dinilai Akan Menguntungkan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com