Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bakal Disalip Filipina dan Vietnam Jika Ekonomi Tumbuh Biasa-biasa Saja...

Kompas.com - 25/08/2021, 12:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan, Indonesia bakal disalip Filipina hingga Vietnam menuju negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2037 bila pertumbuhan ekonomi biasa-biasa saja.

Dia menuturkan, Filipina bisa terlepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap) menjadi negara berpenghasilan tinggi (higher income) pada tahun 2037, sementara Vietnam pada tahun 2045.

"Kita lihat tanpa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Indonesia akan disalip Filipina tahun 2037 dan Vietnam 2045," kata Suharso dalam Rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Rabu (25/8/2021).

Baca juga: 6 Strategi Jokowi untuk Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi 2022

Suharso menuturkan, Indonesia bahkan bisa gagal menjadi negara berpenghasilan tinggi ketika 100 tahun merdeka atau tahun 2045 mendatang bila ekonomi tumbuh di rentang 5 persen.

Pandemi kata Suharso, turut menahan langkah RI menuju negara maju. Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok -2,07 persen.

"Tanpa pertumbuhan ekonomi tinggi, kita tidak akan mencapai higher income yang kita inginkan, bisa sampai tahun 2036 (kita terjebak dalam middle income trap) kalau pertumbuhan biasa saja. Bahkan 2045 pun belum lepas kalau ekonominya begini terus," sebut Suharso.

Lebih lanjut Suharso menuturkan, Indonesia setidaknya harus tumbuh rata-rata 6 persen agar mampu terlepas dari jeratan pendapatan kelas menengah sebelum tahun 2045.

Padahal sebelum ada pandemi, pemerintah sudah memperhitungkan Indonesia perlu tumbuh rata-rata 5,7 persen per tahun dan PDB per kapita 5 persen agar keluar dari middle income country tahun 2036 dan negara maju sebelum tahun 2045.

Sebelumnya dia juga menyebut, pandemi membuat Indonesia terancam turun lagi menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah. Sebelumnya, Indonesia sudah mampu menyabet kategori negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income) pada tahun 2019.

"Kontraksi ekonomi yang dialami pada tahun 2020 memberi risiko bagi indonesia untuk masuk ke dalam kategori lower middle income," ungkap dia.

Baca juga: BI Perkirakan Puncak Pertumbuhan Ekonomi RI Pada 2024-2025

Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi. Suharso mengungkap, transformasi itu harus dilakukan dalam jangka menengah dan panjang.

Transformasi memerlukan penyesuaian dalam rencana pembangunan negara, termasuk melakukan desain ulang terhadap strategi transformasi ekonomi Indonesia.

Sebab tanpa adanya redesain dan jika pertumbuhan ekonomi rata-rata hanya 5 persen, maka pada tahun 2045 pun Indonesia belum graduasi dari middle income trap.

"Transformasi ekonomi dilakukan oleh dua strategi utama, yaitu mengubah struktur perekonomian dari lower productivity to higher productivity sectors dan meningkatkan prioritas masing-masing sektor," pungkas Suharso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com