Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Saat Dunia Menghadapi Pandemi, Kenyataan Pahit Muncul...

Kompas.com - 17/02/2022, 19:24 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dunia dihadapkan pada satu realita pahit, bahkan sebelum pandemi Covid-19 usai.

Realitas atau kenyataan itu yaitu pandemi akan terus terjadi dan berulang. Krisis kesehatan dari pandemi yang saat ini melanda dunia bukanlah pandemi pertama, dan diperkirakan bukan yang terakhir.

"Bahkan ketika dunia terus menangani Covid-19, kenyataan pahit muncul. Ini bukan pandemi terakhir yang kita hadapi," kata Sri Mulyani dalam High-Level Seminar 1st FMCBG G20 Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Baca juga: Ancaman Perubahan Iklim Bisa Lebih Besar dari Pandemi, Sri Mulyani Tagih Komitmen Negara G20

Kenyataan pahit itulah yang membuat Indonesia mengusung penguatan arsitektur kesehatan global sebagai salah satu topik utama dalam keketuaan G20.

Sri Mulyani mengungkapkan, pandemi menjadi pelajaran bahwa dunia harus bekerja sama dan berkolaborasi untuk mengatasi krisis. Lika-liku pandemi di dua tahun terakhir dinilai memperjelas bahwa pandemi belum akan berakhir.

"Tema recover together and recover stronger di bawah kepresidenan G20 Indonesia menggarisbawahi pentingnya kerja sama global untuk mengatasi pandemi saat ini dan bersiap menghadapi di masa depan," ucap dia.

Baca juga: Dunia Banyak PR, Presiden Jokowi Berharap Banyak dari Forum G20

Adapun untuk memperkuat arsitektur kesehatan global ada tiga isu utama yang mesti dibahas dalam forum yang mewakili dua per tiga penduduk dunia itu.

Isu pertama yakni membentuk dana kesehatan global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan merespons pandemi atau Pandemic Prevention, Prepareness, and Response (PPR) dan penguatan sistem survailance kesehatan global.

Dana tersebut diyakini akan mengurangi dampak negatif pada bidang sosial dan ekonomi seperti yang terjadi dalam dua tahun belakangan selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Sri Mulyani: Jika Tak Ditangani Baik, Bekas Luka Pandemi Hambat Pemulihan Industri

"Jadi memperkuat arsitektur kesehatan global pada presidensi G20 Indonesia bukan saja merupakan hal yang penting, tapi diperlukan bagi kita semua," beber Sri Mulyani.

Isu kedua yang perlu pembahasan dalam forum G20 adalah mengharmonisasi standar protokol kesehatan global. Harmonisasi standar kesehatan global meliputi harmonisasi pedoman kesehatan global dan konektivitas sistem informasi kesehatan global antarnegara untuk perjalanan internasional.

"Orang-orang tetap mau melanjutkan mobilitas di seluruh dunia, tapi kita pahami bahwa (jika tidak ada standar prokes) dapat membawa risiko," sebutnya.

Isu ketiga yaitu memperluas pusat-pusat manufaktur termasuk perluasan hub manufaktur vaksin dan obat-obatan ke negara berkembang. Hal ini diperlukan agar akses vaksin merata didapatkan oleh semua negara, bukan hanya berlimpah di negara-negara maju.

"Indonesia mengundang semua negara untuk memperkuat arsitektur kesehatan global, untuk membangun dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi pandemi dan guncangan lain di masa yang akan datang. G20 harus menjadi negara terdepan dalam proses ini," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Sudah 14.256 Wajib Pajak Ikut Tax Amnesty Jilid II, Pengungkapan Harta Capai Rp 15,47 triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com