NEW YORK, KOMPAS.com - Para ahli memandang, penyebaran virus corona yang begitu pesat di seluruh dunia dapat memicu hadirnya generasi yang sangat rajin menabung.
Kondisi ini pun berpotensi mengubah tatanan perekonomian. Pun pada perilaku masyarakat terkait konsumsi dan menabung.
"Krisis (akibat) virus corona dapat memunculkan generasi super penabung yang berhati-hati dalam mengambil risiko finansial," kata Morgan Housel, partner di perusahaan modal ventura Collaborative Fund dan penulis buku The Psychology of Money, seperti dikutip dari CNBC, Minggu (4/4/2020).
Baca juga: Mengenal Kakebo, Budaya Menabung Orang Jepang agar Jadi Kaya
Menurut Housel, ketika suatu pagi Anda tiba-tiba bangun dan menghadapi kenyataan bahwa dunia lebih rapuh dari yang sebelumnya Anda bayangkan, maka Anda akan memiliki keinginan yang lebih rendah untuk mengambil risiko tentang masa depan dibandingkan sebelumnya.
"Saya rasa ini akan berdampak pada (munculnya) generasi yang tidak terlalu tertarik mengambil risiko. Mereka juga tidak akan keberatan jika mereka meninggalkan kesempatan yang ada karena mereka semakin tertarik pada proteksi," ujar Housel.
Kekhawatiran tentang penyebaran virus corona yang terjadi secara berkepanjangan berdampak pada gejolak di pasar saham. Para analis di seluruh dunia pun meramal terjadinya resesi.
Housel berspekulasi, kecepatan terjadinya krisis pada perekonomian akan berdampak pada kemampuan orang-orang untuk berpikir tentang masa depan dengan cara optimistis.
"Bahkan jika krisis akan berakhir esok hari, apa yang telah kita lewati cukup parah untuk memberikan dampak pada satu generasi," terang Housel.
Baca juga: Milenial Tak Bisa Menabung? Cek Skema Pengeluaran Ini
Biasanya, gejolak ekonomi yang cukup dalam seringkali berdampak pada perilaku belanja masyarakat. Konsumen cenderung memilih untuk menyimpan uang mereka di tengah ketidakpastian.
Sebagai contoh, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Gallup, proporsi warga Amerika Serikat yang memilih untuk menabung ketimbang membelanjakan uang melesat secara signifikan setelah krisis keuangan tahun 2008.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan tahun 2019, Gallup menemukan 60 persen orang dewasa di AS menyatakan lebih memilih untuk menabung ketimbang belanja. Padahal, krisis sudah berlalu 10 tahun lebih.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.