Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Komunikasi Kepemimpinan dalam Era Kenormalan Baru

Kompas.com - 02/08/2021, 21:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Komunikasi kepemimpinan yang terintergrasi dengan baik dapat memperkecil timbulnya resiko konflik informasi horizontal dan vertikal yang lebih besar.

Dalam era teknologi, pendekatan komunikasi yang bottom-up semakin menguat. Memimpin tanpa melihat tim yang dipimpin daalam jangka waktu yang lama merupakan suatu kondisi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh para pemimpin organisasi dimanapun.

Gaya kepemimpinan ‘teamwork – based’ yang mana pemimpin organisasi memiliki kendali sentral menjadi pendekatan yang dinilai paling jitu dalam proses mengorkestrasi gugus tugas pekerjaan kepada karyawan setiap harinya.

Melalui pendekatan tersebut, maka anggota tim tetap berada dalam sistem kendali operasi organisaasi demi target pekerjaan yang telah ditetapkan bersama.

Menumbuhkan kepercayaan adalah tugas utama pemimpin organisasi saat proses bekerja dari rumah dilakukan, proses membangun pola pikir (mindset) perlu dilakukan dengan sabar dan konsisten.

Berbagai platform teknologi seperti media sosial, aplikasi meeting dan konferensi menjadi saksi bahwa gaya komunikasi formal terkonversi menjadi komunikasi informal dalam hubungan kerja antara atasan dengan bawahan. Komunikasi informal perlu dikedepankan dan menguatkaan kemampuan berempati menjadi penting dipraktekan kepada semua pihak terkait dalam organisasi.

Pemimpin organisasi perlu menyisihkan lebih banyak waktu untuk menghabiskan waktu bersama anggotanya guna menjaga tingkat kewarasan dan mengawal agar tingkat kecemasan selama masa PSBB tidak terus meninggi karena beban pekerjaan yang diberikan.

Hal ini menjadi tantangan bagi pemimpin organisasi yang tetap mengejar dan meraih target pekerjaan namun dengan gaya komunikasi yang informal namun tetap dapat mampu mengarahkan, mengendalikan dan mengefesiensikan gugus tugas pekerjaan agar tetap sesuai tujuan awal yang telah ditetapkan.

Walaupun pendekatan komunikasi informal, namun dalam praktek manajerialnya pekerjaan anggota organisasi harus tetap dapat diukur dengan indikator, instrumen dan sistem evaluasi yang terukur juga dapat dipertanggungjawabkan.

Pendekatan komunikasi kepemimpinan yang demokratis, Craig E. Johnson dan Michael Z. Hackman (2018) mengatakan bahwa pada iklim yang demokratis, pemimpin cenderung melibatkan publik dalam menentukan tujuan. Mereka menganggap kreativitas akan lebih besar dan akan ada dukungan berbasis tujuan yang lebih luas jika partisipasi tinggi.

Penerapan transformasi digital seperti internet of things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) semakin masif digunakan lintas industri, misalnya adanya digitalisasi jasa layanan pelabuhan melalui ‘Smartport” yang sedang mulai dipraktekan oleh PT Pelabuhan Indonesia II.

Salah satunya adalah industri retail yang memanfaatkan IoT untuk mendukung bisnisnya, mulai dari memantau stok, memonitor mesin distribusi, sampai menyelesaikan masalah pelanggan. Terlebih dengan keberadaan teknologi, hal ini membuat pemimpin memiliki banyak cara.

Teknologi baru harus membantu platform digital yang membuatnya lebih mudah untuk berbagi informasi, pengetahuan, dan konten dan tiba secara bersama dan “secara demokratis” di temuan baru atau untuk mengimplementasikan ide-ide kreatif karyawan ke dalam solusi baru dengan sangat cepat; perangkat seluler yang memberi semua individu tingkat otonomi yang lebih besar dan memungkinkan mereka untuk membentuk hari kerja mereka lebih individual sesuai dengan kebutuhan mereka; dan forum diskusi yang secara umum dapat diakses di mana ketidakpuasan, kejengkelan, dan kritik, serta pengalaman dan keberhasilan yang positif, dapat dibagikan dan dikomentari.

Terlepas apakah kita sedang menghadapi New Normal atau tidak, seorang pemimpin harus lincah. Pemimpin yang lincah akan memengaruhi bagaimana respon suatu organisasi terhadap berbagai stimulus yang muncul.

Dalam perspektif komunikasi kepemimpinan, pemimpin akan langsung memberitahukan update informasi terbaru tentang perubahan yang terjadi. Ada sebuah manifesto yang dibuat pada Februari 2001 yang disebut The Agile Manifesto.

Ada empat prinsip dalam manifesto ini: (1) individu dan interaksi atas proses dan alat; (2) bekerja perangkat lunak melalui dokumentasi yang komprehensif; (3) kolaborasi pelanggan atas negosiasi kontrak; (4) menanggapi perubahan setelah mengikuti rencana (LeMay, 2019, p. 16).

Aspek inti dari kelincahan baru ini adalah orientasinya jauh dari linier, perencanaan lebih lanjut, dan menuju pendekatan yang berulang-ulang terkait situasi, juga alih-alih mengejar rencana yang tetap dan ditentukan, manusia memilih untuk proses berulang yang terus-menerus menyelaraskan diri melalui loop umpan balik yang berkelanjutan.

Dalam aspek komunikasi kepemimpinan, kepemimpinan yang lincah cenderung mengesampingkan aspek hierarki. Mereka lebih fleksibel dengan persoalan struktur.

Kecenderungannya adalah bahwa pemimpin yang agile menempatkan people sebagai corong utama, sehingga komunikasi ini akan berjalan dua arah. Komunikasi yang terus berjalan akan membentuk fondasi kepercayaan. Terlebih, tanpa kepercayaan, pengambilan keputusan organisasi dan implementasi strategi akan gagal. (James & Wooten, 2005, p. 146).

Banyaknya platform untuk berkomunikasi harus dimanfaatkan dengan baik oleh pemimpin saat ini untuk membangun rasa percaya. Opsi untuk menggunakan blended communication terbuka.

Terlebih, Pemimpin tangkas menampilkan kecenderungan tinggi untuk inovasi dan eksplorasi, sehingga inovasi-inovasi akan bermunculan di era New Normal ini. Pada konteks situasi pandemi Covid 19 seperti saat ini, penerapan agile leadership ini akan sangat relevan karena sifat perubahannya yang konstan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com