Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank-bank Raksasa Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China, Mengapa?

Kompas.com - 15/10/2021, 16:28 WIB
Mutia Fauzia

Penulis

Sumber CNBC


BEIJING, KOMPAS.com - Bank-bank besar dunia ramai-ramai memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk tahun ini.

Angka resmi pertumbuhan ekonomi China pun sebenarnya bakal dirilis oleh pemerintah setempat pada Senin (18/10/2021) mendatang.

Dilansir dari CNBC, Jumat (15/10/2021) ekonom dari masing-masing bank tersebut mengatakan, krisis listrik yang dialami negara itu, serta pasar properti yang sedang lesu karena krisis utang Evergrande dan perusahaan properti lain bakal menekan kondisi perekonomian China.

CNBC pun melacak proyeksi pertumbuhan ekonomi China dari 13 bank raksasa. Sebanyak 10 bank melakukan pemangkasan proyeksi sejak Agustus lalu.

Dari proyeksi beberapa bank tersebut, angka media pertumbuhan ekonomi China berada di kisaran 8,2 persen tahun ini.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Jadi Kunci Pemberdayaan UMKM

Jumlah tersebut turun 0,3 poin persentase bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya.
Bank investasi Jepang, Nomura, memiliki proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini yakni di kisaran 7,7 persen.

Sementara itu, DBS mencatat proyeksi pertumbuhan ekonomi China tertinggi, yakni di kisaran 8,8 persen.

Beberapa faktor negatif yang mengerek turun perkiraan pertumbuhan ekonomi China yakni mulai dari belanja konsumen yang lebih lambat dari perkiraan hingga banjir yang mendisrupsi perekonomian negara tersebut.

Selain itu, terdapat ketidakpastian yang disebabkan oleh ketidakselarasan kebijakan di Negeri Tirai Bambu, termasuk di antaranya utang pengembang properti China yang membengkak sekaligus kebijakan anti monopoli untuk raksasa teknologi setempat.

Berikut adalah daftar bank yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China

Agustus

  • ANZ: dari 8,8 persen menjadi 8,3 persen
  • Morgan Stanley: dari 8,2 persen menjadi 7,9 persen

September

  • Bank of America: dari 8,3 persen menjadi 8 persen
  • Citi: dari 8,7 persen menjadi 8,2 persen
  • Deutsche Bank: dari 8,9 persen menjadi 8,4 persen
  • Goldman Sachs: dari 8,2 persen menjadi 7,8 persen
  • HSBC: dari 8,5 persen menjadi 8,3 persen
  • Nomura: dari 8,2 persen menjadi 7,7 persen

Baca juga: Jokowi: Indonesia Bisa Jadi Raksasa Digital Setelah China dan India

Oktober

  • Standard Chartered: dari 8,8 persen menjadi 8,2 persen
  • JPMorgan: dari 8,7 persen menjadi 8,3 persen.

Bank yang tak pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China:

  • Credit Suisse: 8,2 persen
  • DBS: 8,8 persen
  • UBS: 8,2 persen

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com