Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Krisis Energi, Kementerian ESDM Dorong Energi Terbarukan

Kompas.com - 22/10/2021, 19:57 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai, krisis energi yang terjadi di beberapa negara di dunia, menjadi momentum untuk semakin mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

Seperti diketahui, beberapa negara yang tengah menghadapi krisis energi yakni Inggris, China, India, dan Singapura.

Krisis dipicu tingginya permintaan akan batu bara dan gas untuk kebutuhan pembangkit listrik, namun pasokan kedua komoditas tak memadai sehingga harga pun melonjak.

Baca juga: Pasang PLTS Atap, Pemilik SPBU Bisa Hemat Rp 1 Juta Per Bulan

"Kami melihat justru sekarang saat yang tepat untuk mendorong pemanfaatan EBT. Kalau kita punya (pembangkit) listrik dari surya dan angin, kita tidak berususan dengan harga batu bara dan gas yang semakin mahal," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/10/2021).

Menurutnya, jika semakin bertumpu pada energi terbarukan maka Indonesia akan terhindar dari volatilitas harga batu bara dan gas di global untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Dengan demikian, RI semakin jauh dari potensi krisis energi.

“Kalau kita bertumbu kepada EBT, kita enggak akan terpengaruh dari gonajnag-ganjing atau voatilitas harga energi dari sisi fosil,” imbuhnya.

Meski demikian, kondisi krisis energi yang terjadi di Inggris tetap akan menjadi pelajaran bagi Indonesia. Negara tersebut, mengalami krisis energi karena pasokan EBT yang melemah, terutama angin, yang semakin diperkuat dengan tersendatnya pasokan gas.

Dadan mengatakan, dalam pengembangan EBT, pemerintah tidak akan menempatkan satu jenis pembangkit di satu daerah, melainkan akan dilakukan kombinasi pembangkit.

Baca juga: Aturan Baru PLTS Atap: Bisa Ekspor Listrik 100 Persen hingga Percepatan Waktu Pemasangan

Ia mencotohkan, seperti penempatan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang memanfaatkan energi angin di suatu daerah, perlu dibarengi dengan pembangkit listrik lainnya, misal Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hal ini mengingat angin tak bisa dijamin akan terus ada sepanjang hari.

“Jadi harus ada pembangkit cadangan yang memastikan, kalau pada saat-saat tertentu sumbernya terganggu atau berubah,” kata dia.

“Kita ingin memaksimalkan sisi bauran EBT, dan harus punya secara tersebar. Jadi tidak ada yang secara khusus punya pembangkit angin saja, tapi disitu juga ada pembangkit tenaga surya atau biomass yang kita kombinasikan,” lanjut Dadan.

Menurutnya, dengan melakukan kombinasi penempatan pembangkit listrik di setiap daerah, maka akan menghindari Indonesia dari potensi krisis energi di masa depan. Dadan bilang, rencana bauran energi ini juga telah tertuang dalam roadmap net zero energy, grand strategi energi nasional, dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN.

“Belajar dari sana (Inggris) kita pasti mengantisipasi supaya itu di kita tidak terjadi (krisis energi karena melemahnya EBT), yang penting buat kita nanti bauran dari EBT-nya jangan sampai hanya satu lokasi,” jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com