Berbeda dengan blok lain di Natuna, gas yang diproduksi dari East Natuna tak dijual melalui pipa ke Singapura, namun diharapkan bisa disalurkan ke Jawa lewat pipa yang tersambung dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Selatan dan sampai ke Jawa Tengah.
Wilayah kerja migas yang berlokasi di Kepulauan Natuna, berjumlah 16 WK, terdiri dari 6 WK produksi, 10 WK eksplorasi di mana 3 diantaranya dalam proses terminasi karena waktu kontraknya telah habis dan belum berhasil memperoleh temuan migas.
Baca juga: Nelayan Lokal Tolak Pengerahan Nelayan Pantura ke Natuna
Ke enam WK migas yang telah berproduksi tersebut adalah South Natuna Sea Block B yang dioperatori Medco, Natuna Sea Block A yang dikelola Premier Oil Natuna Sea B.V, Kakap oleh Star Energy (Kakap Ltd).
Kemudian Udang Block yang dikelola TAC Pertamina EP Pertahalahan Arnebrata Natuna. Dua lainnya adalah Sembilang yang dioeprasi Mandiri Panca Usaha dan Northwest Natuna oleh Santos.
SKK Migas bersama kontraktor minyak dan gas bumi Premier Oil Tuna BV baru-baru ini juga menemukan cadangan migas di Wilayah Kerja Tuna, lepas pantai Natuna Timur. Lokasi tersebut berada di perbatasan Indonesia dengan Vietnam.
"Temuan cadangan (migas) ini diperoleh melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2," ujar Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara yang dikutip dari Antara pada Jumat (3/12/2021).
Baca juga: Rivalitas Nelayan Lokal Vs Kapal Ikan Asing di Natuna
Benny menjelaskan, Premier Oil telah melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1 pada 2014 lalu.
Kedua sumur itu memiliki potensi minyak bumi dan gas dari Formasi Gabus, Arang dan Lower Terumbu.Potensi hidrokarbon dari struktur SL dan KL ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan melakukan pengeboran dua sumur delineasi SL-2 dan KL-2 pada 2021.
Sejak awal, SKK Migas telah mengkategorikan kedua sumur tersebut ke dalam sumur kunci pada tahun ini.
"Keberhasilan kedua sumur ini akan membuka peluang penemuan hidrokarbon lainnya di area tersebut yang dapat membantu target pemerintah dalam mencapai produksi 1 juta barel minya per hari (BPOD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) di tahun 2030," jelas Benny.
Baca juga: Nelayan: Jangan Anggap Sepele Masuknya Kapal China ke Natuna
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.