JAKARTA, KOMPAS.com – UMKM adalah salah satu sektor yang paling terpuruk dihantam pandemi Covid-19. Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM yang terpukul sehingga membuat omzet usahanya merosot drastis .
Sebagai pedagang kecil, Nonoy Yuhanah (58 tahun) merasakan penurunan penjualan selama pandemi. Akan tetapi, ia optimistis dapat berangsur pulih, bahkan mengembangkan bisnisnya lebih jauh lagi.
Nonoy merupakan salah satu pemilik toko kelontong di daerah Margahayu, Kota Bandung yang juga anggota Sampoerna Retail Community (SRC).
Baca juga: Pengertian UMKM, Kriteria, Ciri dan Contohnya
Menurut dia, UMKM butuh solusi seperti dukungan pemerintah hingga bantuan modal.
Untungnya karena ia bergabung menjadi anggota Sampoerna Retail Community (SRC) lewat program pengembangan UMKM toko kelontong yang dijalankan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) sejak 2008 silam, usahanya kembali pulih.
Ia telah merasakan manfaat dari pembinaan hingga dukungan digitalisasi dari pihak swasta terhadap usaha yang ia geluti.
Perempuan asal Garut ini menceritakan awal mula bergabung SRC. Pada 1995, ia keluar dari pekerjaannya sebagai tenaga administrasi di perusahaan tekstil karena kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dengan mengurus anak.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, ia mendirikan warung di rumah dengan modal Rp 500.000.
Kemudian di tahun 2013, ia bertemu dengan karyawan penjualan Sampoerna. Saat itu Nonoy diajak gabung SRC, namun awalnya tidak tertarik, karena tidak ingin warungnya dicat. Meski menolak, ia tetap mengikuti berbagai kegiatan SRC.
Hingga pada 2016, ia akhirnya gabung dengan SRC. Nonoy pun mengaku mendapatkan banyak manfaat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.