Ia mengungkapkan, layanan pay later saat ini hadir di berbagai platform digital memberikan kemudahan. Apalagi proses pendaftarannya relatif cepat dan pengajuannya mudah.
Baca juga: Simak 6 Tips Mengatur Keuangan untuk Fresh Graduate
Namun di satu sisi, penggunaan pay later yang berlebihan bisa menjadi bumerang bagi penggunanya. Bagai pisau bermata dua. Alih-alih ingin memudahkan beragam kebutuhan hidup justru bisa membelit masalah finansial.
Untuk itu, dirinya mewanti-wanti kaum muda untuk bijak dalam menggunakan layanan pay later. Jangan sampai menimbulkan masalah keuangan di kemudian hari.
Pasalnya, hal tersebut bisa memberikan credit score buruk bagi pengguna yang tercatat dalam BI Checking atau kini populer dengan istilah Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
Sementara itu, Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyarankan, produk investasi yang cocok untuk kaum milenial saat ini adalah obligasi, karena bersifat kepemilikan surat berharga yang tentunya relatif aman.
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan Saat Ramadhan agar Tak Boros
“Obligasi itu salah satu alternatif investasi yang relatif aman, kenapa? karena dia sifatnya pendapatan tetap dia sifatnya itu kepemilikan surat berharga, surat utang yang bisa dihold sampai jatuh tempo dapat nanti kupon ya atau bisa dijualbelikan sebelum jatuh tempo, nanti bisa dapat yang namanya capital gain,” ujarnya.
Menurutnya, obligasi berbeda dengan investasi saham yang sangat bergantung pada fluktuasi harga saham, dimana mengikuti keadaan perekonomian Indonesia maupun global.
“Bisa jadi kalau kita invest di saham, sahamnya jelek, perusahaannya jelek, sahamnya turun begitu kita ambil, uangnya hilang sebagian merugi, tapi kalau obligasi cenderung lebih aman,” imbuhnya.
Adapun, salah satu jenis obligasi yang sangat diminati saat ini adalah obligasi pemerintah, karena obligasi pemerintah biasa disebut dengan safe haven asset atau aset yang relatif aman karena dimiliki langsung oleh pemerintah dan tentunya aset tersebut dapat terjaga dengan baik.