BADUNG, KOMPAS.com - Pemerintah lewat Kementerian Lingkungsn Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak pelaku industri hulu migas berkolaborasi menurunkan emisi karbon.
Hal itu disampaikan oleh Staf Ahli Menteri KLHK Bidang Energi Haruni Krisnawati saat mewakili Menteri KLHK Siti Nurbaya di International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 (ICIUOG), Kamis (21/9/2023), di Nusa Dua, Badung, Bali.
"Mari membuat Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan," ujarnya.
Baca juga: Genjot Investasi Hulu Migas, Pemerintah Siap Berikan Dukungan Fiskal
Menurut KLHK sektor hulu migas memiliki tanggung jawab yang besar terhadap penurunan emisi dan kelestarian lingkungan. Sebab sektor energi menyumbang 3/4 atau 75 persen emisi gas rumah kaca.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni lewat penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS). Teknologi ini dinilai bisa memitigasi lepasnya emisi gas rumah kaca.
"Karbon penyimpanan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengamankan energi hijau," kata dia.
Baca juga: Bukan Bubar, SKK Migas Diprediksi Jadi Badan Usaha Khusus
Sementara Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan selama transisi menuju net zero emission pada 2060, sektor minyak dan gas akan memiliki peran penting dalam mengamankan pasokan energi.
Bahkan kata dia, gas akan jadi 100 persen "jembatan" untuk menerapkan energi terbarukan.
Meski begitu, ia menilai industri hulu mgas harus menerapkaan strategi penurunan emisi termasuk penerapan teknologi CCS atau carbon capture, utilization and storage (CCUS).
"Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri tentang CCS/CCUS pada kegiatan hulu migas," kata dia.
Baca juga: Bahlil Minta Pertamina Lepas Sumur Migas Idle ke Swasta
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.