Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Perilaku Belanja Online: Gen Z FOMO, Milenial Lebih Stabil

Kompas.com - 07/12/2023, 16:17 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Populix menemukan adanya perbedaan antara model belanja online Gen Z dengan Milenial. Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai dengan tahun 2012, atau antara 11 hingga 26 tahun saat ini.

Sementara Milenial atau Gen Y yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 atau yang saat ini berada pada rentang usia 27 hingga 42 tahun.

Head of Research Populix Indah Tanip mengatakan, terdapat perbedaan shopping behavior antara Gen Z dan Milenial. Gen Z umumnya berbelanja cenderung FOMO (Fear Of Missing Out). Sikap ini diakibatkan paparan pada interaksi sosial media.

Baca juga: Survei Populix: 54 Persen Masyarakat RI Belanja di E-commerce, Mayoritas Gen Z

Selain itu, Gen Z juga membeli barang-barang atau produk secara impulsif, mengikuti gaya hidup masa kini dengan tren yang sedang terjadi saat ini.

“Sikap FOMO pada akhirnya menjadikan pola belanja lebih implusif,” kata Indah di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

“Ketika mereka (Gen Z) berbelanja, mereka lebih implusif karena sifatnya lifestyle,” lanjut dia.

Meski begitu, Gen Z tetap beranggapan bahwa berbelanja bahan makanan merupakan kegiatan yang berdasarkan kebutuhan.

Baca juga: Asosiasi E-Commerce Minta Penetapan HPP Dikaji Lebih Dalam

Sementara Milenial yang memiliki pendapatan tetap, cenderung berbelanja yang mencakup pengeluaran tetap rumah tangga bulanan.

“Berbeda dengan milenial dengan usia lebih matang, mereka akan lebih stabil tidak hanya dari income tapi juga pengeluaran (saat belanja online),” kata Indah.

Selain itu, Milenial juga memprioritaskan belanja bahan makanan secara teratur daripada gaya hidup atau aktivitas rekreasi. Milenial juga menyadari pentingnya menabung, untuk mencapai kemapanan finansial di masa depan.

Baca juga: TikTok Shop Bakal Gandeng GoTo, Ini Kata Asosiasi E-Commerce

Gen Z dominasi belanja online

Hasil survei Populix mencatat bahwa sebanyak 54 persen masyarakat Indonesia memilih untuk berbelanja di e-commerce, dengan mayoritasnya dilakukan oleh Gen Z. Namun, sebanyak 42 persen masyarakat masih berbelanja secara offline, sisanya berbelanja di social commerce.

Head of Research Populix Indah Tanip mengatakan, ada fenomena yang menunjukkan perubahan pada model belanja masyarakat yang cukup cepat terjadi dari yang awalnya melakukan transaksi secara offline, menjadi online.

“Metode belanja lebih dari setengah masyarakat yang disurvei prefer belanja di e-commerce. Sudah menjadi kebiasaan belanja di e-commerce walaupun separuhnya mereka juga senang belanja di toko. Ada 3 persen orang yang memilih social commerce yang dilakukan Gen Z,” kata Indah di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Indah mengatakan penelitian tersebut dilakukan mengingat ada pergeseran fenomena dari sebelumnya orang-orang terbiasa melakukan transaksi secara offline, kini berangsur angsur berubah ke digital.

Baca juga: Lazada: Indonesia Pasar Besar untuk E-commerce, Semua Punya Kesempatan Sama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Whats New
Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Whats New
Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com