Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Suram Bisnis Prostitusi Bangladesh Akibat Corona

Kompas.com - 27/06/2020, 18:58 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Bisnis prostitusi di Bangladesh tengah dalam masa tersulit akibat pandemi wabah virus corona (Covid-19). Sudah banyak usaha rumah-rumah bordil di negara itu yang bangkrut setelah matinya aktivitas kehidupan malam selama pandemi.

Dilansir dari SCMP, Sabtu (27/6/2020), selain tutupnya rumah-rumah bordil, ribuan pekerja seks komersial di negara itu terancam kelaparan.

Banyak pula pekerja mengalami pelecehan dan sebagian lagi terusir dari rumah yang menampung mereka lantaran tak lagi bisa memberikan setoran uang untuk mucikari yang mempekerjakan mereka.

Bangladesh adalah rumah bagi sekitar 100.000 PSK. Tujuh dari sepuluh pekerja tunasusila ini harus berjuang untuk bisa bertahan hidup sejak tiga bulan lalu, atau saat negara itu mulai melakukan lockdown untuk membatasi penyebaran Covid-19.

Baca juga: Pekerjakan Anak di Bawah Umur Jadi PSK, Tiga Muncikari Ditangkap di Koja

Meskipun aktivitas prosititusi dilegalkan di Bangladesh, sebagian besar rumah-rumah bordil tak memiliki izin resmi. Biasanya tempat prostitusi ilegal beroperasi di tempat tinggal pribadi.

Tarique, wakil kepala sebuah lembaga amal yang biasa membantu para PSK di Bangladesh menuturkan, hampir semua pekerja seks mengalami kelaparan. Kekerasan dan pelecehan di tempat kerja juga meningkat.

"Pada bulan Januari dan Februari, kami bisa menerima tujuh hingga sepuluh keluhan per minggu. Tetapi pada minggu-minggu tertentu di bulan Mei, kami menerima lebih dari 200 keluhan dari para pekerja seks," kata dia.

"Ini terjadi karena ada lockdown di kawasan dan jalanan tempat para PSK mencari nafkah. Mereka juga menerima pelecehan fisik dan verbal karena belum mampu membayar mucikari," kata dia lagi.

Baca juga: Tawarkan PSK dengan Tarif Rp 1,5 Juta, Muncikari di Puncak Diringkus Polisi

Dikutip dari CNN, bisnis prostitusi di Bangladesh adalah salah satu yang terbesar di dunia. Industri ini dilegalkan serta menghasilkan pemasukan yang besar untuk pemerintah.

Para lelaki hidung belang biasa membayar sekitar 2 dollar AS untuk kencan singkat dan sekitar 20 dollar AS untuk bisa menginap.

"Sebelumnya saya bisa mendapatkan (60 dollar AS), lalu beberapa hari kemudian saya cuma bisa mendapatkan (20 dollar AS), namun saat ini saya tidak bisa mendapatkan apa-apa," kata Nodi, salah satu pekerja di rumah bordil.

Setiap pekerja seks harus membayar uang sewa harian kepada para mucikari yang bertindak sebagai perantara sekaligus pemilik rumah bordil yang menyewakan kamar-kamar.

Baca juga: Seorang PSK Culik Anak Usia 7 Tahun di Cilincing, Jakarta Utara

Selain karena dilegalkan, bisnis prostitusi tumbuh subur di negara itu karena kemiskinan. Banyak dari pekerja seks terjerumus ke prostitusi karena jeratan hutang orang tua mereka.

Para mucikari juga memiliki jaringan rahasia yang bertugas mencari para gadis untuk bekerja di rumah pelacuran. Para gadis ini dijanjikan bekerja dengan gaji yang cukup di pabrik.

"Begitu seorang gadis dijual ke rumah bordil, dia terjebak, sangat sulit untuk keluar," ucap Direktur Society for Environment and Human Development (SEHD) Philip Gain.

Baca juga: Nekat Beroperasi dan Terjaring Razia PSBB Tangsel, PSK: Kami Bisa Enggak Makan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Whats New
Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com