Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aset Jumbo BP Jamsostek Dinilai Bisa Pengaruhi Likuiditas Pasar Modal

Kompas.com - 22/01/2021, 21:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Analis dan Pemerhati Pasar Modal, Toto Murdiono mengatakan, pengelolaan dana jumbo BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) bisa mempengaruhi likuidasi pasar modal, jika BP Jamsostek keluar dari pasar modal.

Toto menjelaskan, perusahaan akan benar-benar rugi pada saat saham yang dimilikinya dijual pada harga yang lebih rendah dari harga pembeliannya. Dengan kapitalisasi pasar di BEI saat ini berkisar Rp 7.000 triliun, dan nilai transaksi harian sekitar Rp 18 triliun, maka likuiditas pasar modal bisa terpengaruh.

“Jika BP Jamsostek akan keluar dari pasar saham pasti akan sangat mempengaruhi likuiditas pasar modal. Mungkin bisa menjadi sentimen buruk buat perkembangan pasar modal Indonesia. Jika melihat dana sekarang di saham dan reksadana milik BP Jamsostek sekitar Rp 150 triliun," kata Toto dalam siaran pers, Jumat (22/1/2021).

Baca juga: Komisi ASN Diminta Tak Ada Lobi-Lobi saat Jalankan Tugas

Seperti diketahui, saat ini 98 perseen saham BP Jamsostek ditempatkan di indeks LQ45 (blue chip). Saat ini penyidikan oleh Kejagung RI tengah berjalan, setelah terjadinya unrealized loss (kerugian tidak nyata) di tahun 2020.

Toto mengatakan unrealized loss sebagai "rugi buku" yang jika dinilai berdasarkan nilai pasar pada tanggal neraca perusahaan, dengan demikian secara buku perusahaan itu mengalami kerugian yang belum direalisasikan. Perusahaan juga akan benar-benar rugi pada saat saham yang dimilikinya dijual pada harga yang lebih rendah dari harga pembeliannya.

Toto juga menjelaskan, saham jenis LQ45, tentunya juga tidak 100 persen aman. Sepanjang sejarah pasar modal, ada banyak perusahaan yang sebelumnya masuk ke dalam indeks LQ45 namun harus dikeluarkan dari daftar karena kinerjanya menurun dan tidak memenuhi kriteria lagi.

“Adapun unrealized loss disebabkan karena harga pembelian lebih besar dari harga pasar saat ini. Wajar atau tidaknya sangat tergantung dari beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,” jelas Toto.

Baca juga: KPPU Bakal Periksa Beberapa Orang Terkait Kasus Dugaan Monopoli Ekspor Benih Lobster

Faktor internal yakni proses dan latar belakang dari pembelian saham tersebut. Apakah sudah dilakukan kajian yang mendalam terhadap kinerja perusahaan target, sehingga harga pembelian sudah sesuai dengan kondisi saat itu dan memiliki potensi untuk mengalami kenaikan dalam kurun waktu tertentu di masa depan.

Sementara faktor eksternal adalah tren dari harga saham secara umum atau sektor industri terkait. Di samping faktor makro seperti kebijakan pemerintah, harga komoditi dunia, nilai tukar valas dan sebagainya, turut mempengaruhi naik turunnya harga saham.

Namun, Toto menilai, menempatkan investasi di saham LQ45 merupakan mitigasi risiko, dan sebuah tindakan kehati-hatian. Di sisi lain, saham - saham LQ45 berpeluang mengalami stagnasi harga bahkan penurunan yang disebabkan oleh faktor fundamental, sentimen pasar serta makro ekonomi yang mempengaruhinya.

“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 57,10 poin atau 0,95 persen ke 5.979,07 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun 2020. Dengan penurunan tersebut, IHSG mengakumulasi penurunan 5,09 persen sepanjang 2020,” jelas dia.

Baca juga: PLN Lakukan Bauran Bahan Bakar di 32 PLTU

LQ45 merupakan indeks sekumpulan saham dari perusahaan yang terpilih berdasarkan kriteria tertentu. Antara lain, memiliki nilai kapitalisasi 60 terbesar selama 12 bulan terakhir di Bursa Efek Indonesia, memiliki nilai transaksi 60 terbesar selama 12 bulan terakhir di pasar regular Bursa Efek Indonesia, memiliki kinerja keuangan yang baik, dan berpotensi memiliki pertumbuhan usaha yang baik.

“Melihat profil perusahaan - perusahaan yang masuk di index LQ45, seharusnya dapat dikatakan, perusahaan - perusahaan tersebut secara fundamental tergolong baik,” jelas Toto.

Harus dipahami juga, pergerakan saham di Bursa Efek tidak melulu tentang fundamental, ada faktor sentimen pasar yang irasional, namun justru sangat mempengaruhi fluktuasi harga sahamnya.

“Jadi, bisa saja saham LQ45 secara fundamental baik, tetapi tidak menarik para investor sehingga harganya tidak kunjung meningkat,” ucap dia.

Baca juga: KKP Sebut Kapal Bercantrang Sudah Mencapai 6.800 Unit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com