KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Kesadaran Diri Pemimpin

Kompas.com - 04/03/2023, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

KETIKA Anda mendorong bawahan untuk melakukan brainstorming ide-ide kreatif, sebagian besar diam membisu. Mengapa bisa demikian, padahal sebagai pemimpin, Anda merasa sudah melakukan banyak hal untuk memotivasi dan memberdayakan mereka, tetapi ternyata tak mendapatkan hasil seperti yang Anda harapkan?

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan seorang pemimpin tergantung dari kemampuannya untuk melihat dirinya secara jelas. Mereka yang memiliki kesadaran diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dan kreatif. Mereka dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan berkomunikasi dengan lebih efektif. Tim kerjanya pun menunjukkan tingkat kepuasan dan kesuksesan yang lebih tinggi.

Sesungguhnya, efektivitas pemimpin memang selalu terukur dari kesuksesan anak buah. Keahlian atasan dalam melakukan coaching terbukti ketika anak buah yang paling sulit diatur bisa berkembang menjadi lebih baik.

Dalam situasi kerja hibrida, self-awareness menjadi semakin penting. Dengan kontak yang semakin terbatas, kesadaran diri perlu semakin diperkuat. Jangan sampai pemimpin terlambat menyadari bahwa jarak yang memisahkan antara dirinya dan anak buah sudah sedemikian jauh sehingga sulit untuk disatukan kembali.

Baca juga: Kerendahan Hati Pemimpin

Bukan sekadar introspeksi diri

Banyak individu merasa dirinya sudah cukup self-aware. Ia sadar bahwa bicaranya sering kali terlalu kasar. Namun, apakah kesadaran semacam ini sudah cukup bagi pengembangan dirinya ke depan? Apakah kesadaran ini dapat mendorong perubahan perilakunya?

Kalau kita lihat, ada dua sisi kesadaran diri yang harus digarap oleh setiap individu. Pertama, kesadaran diri internal. Kesadaran ini didapat dengan cara melihat nilai-nilai diri kita sendiri, passion, aspirasi, reaksi-reaksi, hingga kecocokan kita dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

Kedua, kesadaran diri eksternal. Kesadaran ini menjelaskan bagaimana orang lain melihat diri kita. Contoh, individu yang berbicara kasar. Tidak cukup ia tahu bahwa ia berbicara kasar. Ia harus memahami pula bahwa kekasarannya telah menyebabkan orang lain merasa terpukul dan tidak nyaman sehingga menjaga jarak dengannya.

Adakalanya sekadar mengetahui kesadaran diri internal malah membuat kita mencari alasan pembenaran tindakan tersebut. Sebagai contoh, ada pemimpin yang mengaku bahwa dirinya sengaja berbicara kasar untuk menyadarkan bawahannya agar benar-benar terbuka pandangannya dan berubah.

Ternyata, cara itu tidak efektif. Alih-alih membuat orang lain sadar, ia malah membuat orang menjauhinya. Karena sekadar memahami kesadaran diri internal, ia pun tidak mengubah cara atau mencari perilaku lain yang lebih efektif untuk mencapai tujuannya.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Psikolog organisasi Dr Tasha Eurich membuat kombinasi kesadaran diri internal dan eksternal dalam empat kuadran.

Kuadran pertama adalah individu dengan kesadaran diri internal dan eksternal yang sama-sama rendah. Mereka disebut sebagai the seekers. Individu tipe ini mengalami kesulitan untuk mengenal dirinya sendiri, misalnya apa yang penting baginya, apa yang membuatnya bahagia, dan apa potensi yang dimilikinya. Ia juga tidak dapat menggunakan masukan orang lain untuk mengembangkan dirinya.

Kuadran kedua diisi individu dengan kesadaran eksternal yang tinggi, tapi memiliki kesadaran internal rendah. Mereka disebut sebagai the pleasers karena mereka begitu sibuk untuk menyenangkan orang lain, tapi lupa untuk memedulikan kebutuhan dan prinsip hidupnya sendiri.

Sebaliknya, individu dalam kuadran ketiga punya kesadaran internal yang tinggi, tetapi punya kesadaran eksternal rendah. Individu ini sulit untuk menerima masukan dan cenderung sakit hati ketika mendapat kritik. Mereka disebut sebagai the introspectors.

Terakhir adalah tipe the aware yang memiliki kesadaran diri internal dan eksternal yang sama-sama kuat. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, bagaimana orang lain memandang mereka, dan bagaimana mereka dapat memperbaiki dirinya dengan efektif.

Jadi, sinkronisasi antara kesadaran diri eksternal dan internal sama-sama penting bagi kita untuk dapat berkembang lebih efektif. Kesadaran diri eksternal aktif melihat keluar, berinteraksi dengan orang luar, sementara kesadaran diri internal terus-menerus mengobservasi dan melakukan perbaikan diri.

Baca juga: Mencetak Pemimpin

Gunakan “apa”, bukan “mengapa”

Banyak orang berpikir bahwa introspeksi diri merupakan langkah jitu untuk meningkatkan kesadaran diri. Kenyataannya, banyak pula yang tidak menyadari bahwa cara introspeksi yang salah justru membuat kita jalan di tempat.

Bertanya “mengapa” pada diri sendiri yang memotret ke belakang hanya merangsang rasionalisasi dan kecenderungan kita untuk membela diri. Sementara itu, pertanyaan “apa” akan mengarahkan kita pada langkah-langkah perbaikan pada masa depan. Jangan bertanya mengapa orang sering sakit hati kepada saya, tetapi bertanya apa yang harus saya ubah agar orang tidak lagi sakit hati dengan kita.

Ada tiga data yang harus kita kumpulkan agar kesadaran diri terus terjaga.

Pertama, mood atau suasana hati. Emosi diri kita biasanya terlalu luas sehingga sulit dirabarasakan. Para ahli mengatakan, ada lebih dari 850 macam suasana hati. Namun, ada orang yang hanya memiliki tabungan mood terbatas. Tidak ada salahnya kita mulai menginventarisasi keadaan suasana hati kita dan berusaha memberinya nama yang tepat. Dengan demikian, kemampuan kita untuk mengenali diri juga meningkat.

Kedua, keadaan fisiologis kita. Kita sebenarnya bisa mendeteksi ketegangan dari keadaan tubuh. Kita bisa melakukan body scan dan merasakan apakah ada bagian badan yang tegang atau sakit. Kepekaan terhadap keadaan fisik akan membuat kesadaran diri kita juga semakin meningkat.

Ketiga, pemikiran kita. Pemikiran kita adalah pengendali respons dan reaksi kita. Dari pemikiran ini, kita juga bisa mengenali pola-pola kebiasaan yang kita lakukan. Bagaimana reaksi kita pada orang tertentu? Apakah kita sudah bersikap obyektif terhadap seluruh anak buah atau cenderung memiliki sikap like and dislike pada orang-orang tertentu?

Dalam sehari, ada kurang lebih 6.000 pemikiran yang terjadi dalam benak kita. Bayangkan kalau sebagian besar adalah pemikiran negatif, bagaimana dampaknya pada kehidupan kita?

Semakin banyak data yang kita kumpulkan, maka semakin tinggi pula kesadaran diri untuk semakin mendekatkan antara ideal dan real self kita.

Self-awareness doesn’t stop you from making mistakes, it allows you to learn from them.


Terkini Lainnya

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com