Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamen BUMN Cemaskan Rencana Pembangunan Kilang Minyak, Ini Faktanya

Kompas.com - 14/02/2020, 05:13 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Pada 2014, Jokowi berencana ingin melakukan pengembangan (Refinery Development Master Plan/RDMP) terhadap 4 kilang yang ada dan membangun 1 kilang baru (grass root/GRR).

Kilang RDMP yang direncanakan yakni kilang Balikpapan, kilang Dumai, kilang Balongan, dan kilang Cilacap.

Baca juga: Kilang Jokowi Tak Terbangun, Salah Mafia Migas?

Sementara kilang baru atau GRR dibangun di Bontang. Belakangan bertambah satu kilang baru yakni GRR Tuban bersamaan dengan diambil alihnya PT Trans Pacific Petrochemical Indotama ( TPPI).

Pada akhir tahun lalu, Mantan Gubernur DKI Jakarta itu sempat meluapkan kekesalannya terhadap Pertamina, akibat lamanya pembangunan kilang minyak.

"Iya itu ke situ larinya juga pembangunan kilang minyak. Pembangunan kilang minyak itu harus, masa 34 tahun kita enggak bisa bangun kilang minyak, kebangetan," ujarnya, Selasa (10/12/2019).

3. Ahok ditugaskan Jokowi mengawasi pembangunan kilang

Jokowi juga sempat meminta kepada Komisaris Utama Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membereskan masalah kilang TPPI di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, kurang dari 3 tahun.

"Sekarang, saya minta kepada Menteri BUMN, Direktur Utama dan Komisaris Utama Pertamina agar menyelesaikan pembangunan kilang ini tidak lebih dari tiga tahun," kata Jokowi.

Merespon permintaan tersebut, Ahok berkomitmen untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menghambat pembangunan kilang di wilayah tersebut.

"Pesan Bapak Presiden Jokowi sangat jelas, segera menuntaskan pengembangan Kawasan TPPI menjadi industri petrokimia nasional yang nanti akan menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk BBM," kata Ahok.

Baca juga: Dicari Jokowi Saat Imlek, Ini Kata Ahok

Selesainya proyek ini diyakini akan mampu mengurangi impor migas Indonesia secara signifikan. Selain BBM, TPPI juga jadi tumpuan industri petrokimia yang menghasilkan banyak produk turunan migas.

4. Defisit migas terus terjadi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2019 neraca dagang migas mengalami defisit sebesar 9,34 miliar dollar AS.

Defisit ini terjadi akibat realisasi impor migas yang mencapai 21,8 miliar dollar AS sepaniang tahun lalu, sementara ekspor migas hanya mencapai 12,5 miliar dollar AS.

Realisasi defisit migas ini lebih rendah dibandingkan 2018. Dimana pada 2018 defisit neraca migas mencapai 12,6 miliar dollar AS.

Menurunnya angka defisit tersebut ditopang oleh realisasi ekspor dan impor migas yang sama-sama mengalami penurunan pada 2019 dibandingkan 2018.

Baca juga: Jokowi: 34 Tahun Enggak Bisa Bangun Kilang Minyak, Kebangetan

5. Pembangunan kilang dinilai menjadi keharusan

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan pembangunan kilang minyak ini menjadi suatu langkah yang perlu dilakukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com