Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perppu Reformasi Keuangan Dinilai Tak Logis, Cederai Independensi Bank Sentral...

Kompas.com - 01/09/2020, 16:36 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Reformasi Sistem Keuangan dianggap tidak logis.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Drajad H. Wibowo mengatakan, penerbitan Perppu tentang reformasi sistem keuangan bisa membahayakan stabilitas fiskal dan moneter.

"Rencana Perppu reformasi keuangan tidak logis, tidak jelas efektifitasnya, pada sektor tertentu membahayakan stabilitas fiskal dan moneter," katanya dalam diskusi finansial Stabilitas Sektor Finansial dan Perppu Reformasi Keuangan secara virtual, Selasa (1/9/2020).

Baca juga: Tak Hanya RI, Negara-negara Ini Juga Terapkan Burden Sharing antara Pemerintah dan Bank Sentral

Drajad mengemukakan 7 alasan mengapa Perppu reformasi keuanhan menjadi tidak logis. Alasan pertamanya adalah tidak ada satupun negara yang merombak struktur otoritas keuangannya di tengah pandemi Covid-19.

Kebijakan moneter di berbagai negara tetap berperan independen, Inggris tetap dengan Bank of England (BoE), Malaysia tetap dengan Bank Negara Malaysia, begitu pun Singapura diatur dengan Monetary Authority of Singapore (MAS).

"Kalau pemerintah jadi menerbitkan Perppu reformasi keuangan, kita jadi negara yang aneh. Ekonomi terancam resesi tapi kita bongkar pasang sistem keuangannya," tutur dia.

Bahkan, negara dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih anjlok dan mengalami resesi pun tidak melakukan perombakan. Apalagi, perombakan sistem keuangan bukan best practice internasional.

Di masa pandemi, negara-negara di dunia justru menempuh jalur ganda, yakni memperbaiki penyebaran pandemi sekaligus mengucurkan stimulus ekonomi yang masif. Tidak ada wacana perombakan sistem keuangan yang mencederai independensi moneter.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32 Persen, Sri Mulyani Sebut Sistem Keuangan Normal

"PEN sendiri merupakan praktik terbaik internasional. Dari strategi itu, tidak ada satupun yang menyebutkan bongkar pasar struktur dan sistem keuangan moneter. Ekonomi kita lebih bagus dibanding negara lain, buat apa harus bongkar pasang?," tegasnya.

Menurutnya, justru pemerintah akan terkesan panik dan sedang bingung. Kesan seperti itu akan membuat pasar finansial kembali anjlok dan investor jadi kabur.

Selain itu, penerbitan Perppu reformasi keuangan membuat Indonesia tak mengamalkan nilai-nilai demokrasi sebagai negara demokrasi.

Sebab semua negara maju yang menganut sistem demokrasi, menjunjung tinggi independensi dalam setiap kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral.

"Di Inggris misalnya, Menteri Keuangan bahkan ratu pun tidak bisa intervensi BoE. Di AS, Presiden Trump tidak berhak mengintervensi kebijakan The Fed. Semua percaya kebijakan keuangan dan moneter harus diambil berdasarkan analisis valid. Bukan merupakan kebijakan politik," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com