Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Merefleksi Arti Warna dalam Perspektif Pemasaran

Kompas.com - 26/10/2020, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Otak manusia memproses gambar 60.000 kali lebih cepat daripada tulisan, dan 90 persen dari informasi yang dikirim ke otak manusia adalah visual.

Aspek pemilihan warna

Sejumlah penelitian memperlihatkan keterkaitan antara pemilihan warna produk dengan penjualan. Trend baru muncul yaitu sangatlah penting untuk terus meng-update warna secara teratur. Bila perlu mempersiapkan pemilihan warna beberapa tahun sebelum produk diluncurkan ke pasar.

Tidak heran bila praktisi pemasaran mengkonsultasikan pemilihan warna ke sejumlah konsultan yang paham benar tentang makna warna di mata konsumen.

Setidaknya terdapat tiga aspek yang patut dipertimbangkan pemasar ketika memilih warna untuk produk mereka yaitu respons fisiologis terhadap warna, asosiasi warna dalam konteks budaya dan preferensi warna terhadap produk.

Sejumlah peneliti telah menyarankan asosiasi warna yang dikaitkan dengan respons fisiologis manusia. Sejak masa awal kehidupan, pria mengasosiasikan biru tua sebagai malam dan kuning muda sebagai sinar matahari serta menggairahkan.

Pada saat ini, warna-warna menyejukkan seperti biru dan hijau diasosiasikan dengan ketenangan sementara merah dan oranye sebagai warna yang "membangkitkan".

Dengan makna seperti itu, sejumlah klinik gigi menggunakan warna biru untuk dinding dengan maksud menenangkan ketakutan pasien.

Demikian juga warna biru dan hijau yang banyak digunakan pada toko barang-barang olah raga. Warna merah yang menggairahkan dipandang tidak tepat untuk setting ritel.

Dalam konteks budaya, warna memiliki berbagai makna yang berbeda. Di dunia barat, hijau diasosiasikan sebagai pengharapan, putih sebagai kemurnian, hitam sebagai kedukaan, merah sebagai cinta atau revolusi dan kuning sebagai kebencian.

Di China, putih diasosiasikan sebagai kebenaran dan kuning sebagai kelayakan untuk dipercaya. Di dalam budaya India, hitam diasosiasikan sebagai kebodohan dan merah sebagai ambisi serta keinginan (Kreitler dan Kreitler, 1972).

Preferensi dan makna warna di setiap budaya dapat dipelajari dan berubah sepanjang waktu. Akan lebih baik bagi pemasar untuk memahami aspek emosi dari setiap warna.

Misalnya perusahaan Pentel yang memproduksi perlengkapan sekolah di Amerika menemukan bahwa warna merah dan hijau tidak tepat digunakan untuk produk mereka karena para guru menggunakan kedua warna tersebut sebagai penentu tingkat penilaian atas siswa.

Akibatnya, siswa yang merupakan konsumen produk tersebut memiliki asosiasi negatif terhadap kedua warna itu.

Kesesuaian produk

Hal lain yang patut dipertimbangkan pemasar mengenai pemilihan warna adalah kesesuaian dengan produk. Penelitian yang dilakukan Luscher dan Scott (1969) mempercayai bahwa terdapat koneksi antara preferensi warna dan objek. Artinya warna tidak dapat dipersepsikan secara independen tanpa melibatkan objek di dalam pikiran manusia.

Implikasinya adalah sangat penting untuk mengerti preferensi konsumen atas warna terhadap kategori produk yang berbeda. Studi yang dilakukan Pantone (1992) menemukan bahwa warna favorit untuk pakaian adalah biru, merah dan hitam di mana hitam adalah warna yang paling banyak digunakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com