Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Oei Tiong Ham, Taipan Internasional Raja Gula Asal Semarang

Kompas.com - 05/10/2021, 16:54 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis

Total luas lahan lima pabrik gula tersebut mencapai 7.082 hektar. Tak heran, bila Oei Tiong Ham di kemudian hari dijuluki sebagai Raja Gula.

Betapa tidak, hasil produksi gula perusahaan Oei Tiong Ham memang begitu melimpah. Berikut data produksi pabrik gula Oei Tiong Ham pada akhir abad ke-19:

  • Pabrik Gula Rejoagung: 35.000 Ton
  • Pabrik Gula Krebet: 21.000 Ton
  • Pabrik Gula Tanggulangin: 20.500 Ton
  • Pabrik Gula Pakies: 13.000 Ton
  • Pabrik Gula Ponen: 12.000 Ton

Oei Tiong Ham juga dikenal karena menerapkan manajemen perusahaan modern, yakni dengan mengandalkan kontrak-kontrak legal tertulis dan sistem akuntansi modern.

Posisi-posisi penting di perusahaannya pun diserahkan ke para tenaga profesional yang dia pekerjakan dari luar lingkaran keluarganya, suatu hal yang berbeda dibanding kebiasaan para taipan Tionghoa pada masa itu.

Baca juga: Kisah di Balik Sandal Jepit Swallow, Alas Kaki Populer Asli Indonesia

Tak jarang bahkan dia mempekerjakan orang-orang Belanda untuk mengisi posisi direktur, manajer, hingga tim engineer. Suatu hal yang luar biasa di era kolonial apalagi waktu itu orang Tionghoa dikategorikan sebagai "warga kelas dua".

Konglomerasi Kian Gwan/Oei Tiong Ham Concern

Dengan kian moncernya bisnis gula ini, mancanegara pun dirambah perusahaan Oei Tiong Ham dimulai tahun 1910 dengan pembukaan perusahaan cabang di London, Inggris, dengan nama Kian Gwan Western Agency Ltd.

Perusahaan ini tadinya bernama FC Grein, agen Kian Gwan di Inggris sejak 1902, tetapi kemudian diambil alih oleh Oei Tiong Ham.

Cabang di Amsterdam hingga New York, Amerika Serikat, pun dibuka oleh Kian Gwan Concern melalui jaringan keagenan mereka.

Seligman and Company adalah rekanan Kian Gwan Concern di Kota New York yang terutama menangani perdagangan tapioka.

Dalam kurun lima tahun, 1911 – 1915, kantor perwakilan di London sudah menjual 725.000 ton gula dari Jawa ke British India (India), Jepang, China, Amerika Serikat, Kerajaan Inggris serta benua Eropa. Angka ekspornya mencapai 145.000 ton per tahun.

Bisnis gulanya makin besar saat terjadi booming ekonomi pasca Perang Dunia I (1914-1918), dan mencapai puncaknya pada periode 1918-1920.

Baca juga: Sejarah Sandal Jepit Swallow, Pabriknya Berdiri Sejak Tahun 1987

Sejalan dengan itu, Kian Gwan juga membuka bisnis bank dan properti dengan N.V. Bank Veereniging Oei Tiong Ham di tahun 1906 dan Bouw Maatschapij Randusari N.V. yang berbisnis perumahan, perkantoran, dan pergudangan

Rekanan perbankan Kian Gwan di Hindia Belanda tidak saja dengan Javasche Bank, Nederlansch Indie Handelsbank, dan Nederlandsche Handel Maatschapij (kini Bank Mandiri).

Kian Gwan juga sudah berhubungan tetap dengan Chartered Bank of India, Australia, and China (kini Standart Chartered Bank) dan Hongkong and Shanghai Bank Corporation (HSBC).

Adapun Cabang di Malaya dan Singapura juga dibuka yang antara lain memiliki bisnis pelayaran di tahun 1911 dengan nama Heap Eng Moh Steamship Company Ltd.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com