Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi

Kompas.com - 24/03/2022, 11:32 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Aljazeera

Bisnis legal

Ukraina telah menjadi tujuan yang semakin populer bagi pasangan asing yang mencari layanan surogasi dengan harga yang terjangkau, terutama sejak negara itu menjadikannya bisnis yang legal pada tahun 2002.

Biaya paket rata-rata surogasi sekitar 30.000 dollar AS, dibandingkan dengan harga layanan surogasi di Amerika Serikat yang mencapai 120.000 dollar AS.

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Permintaan penggunaan rahim ibu pengganti di Ukraina juga telah melonjak sejak 2015 ketika Thailand, India, dan Nepal melarang bisnis ini dengan alasan eksploitasi perempuan.

Sementara itu, sejauh ini, Kementerian Kesehatan Ukraina juga tidak dapat memberikan data pasti tentang jumlah ibu pengganti di negaranya.

Menurut Sergii Antonov, seorang pengacara berbasis di Kiev yang mengkhususkan diri dalam bidang medis dan reproduksi, menyebutkan antara 2.000 dan 2.500 anak-anak lahir melalui surogasi di Ukraina setiap tahun, dengan hampir setengahnya melalui BioTexCom.

Kondisi buruk

Alina mengatakan, kondisi ibu pengganti sangat buruk. Dia mengatakan BioTexCom menempatkan dia di sebuah apartemen kecil selama 32 minggu kehamilannya dengan empat wanita lain, di mana dia dipaksa untuk berbagi tempat tidur dengan ibu pengganti lainnya.

Baca juga: Bagaimana Ekonomi Timor Leste Setelah 18 Tahun Merdeka dari Indonesia?

“Kami semua sangat stres. Sebagian besar perempuan berasal dari desa kecil dan berada dalam situasi putus asa,” katanya.

“Kami menghabiskan minggu pertama hanya berbaring, menangis. Kami tidak bisa makan. Ini adalah situasi yang umum untuk pengganti," ujarnya lagi.

Alina mengatakan supervisor BioTexCom akan mengunjungi apartemen hampir setiap hari untuk memeriksa sang ibu maupun janinnya. Alina dan para ibu pengganti diizinkan keluar apartemen, namun harus pulang pada sore harinya.

“Jika kami tidak pulang setelah jam 4 sore, kami bisa didenda 100 euro. Kami juga diancam dengan denda jika ada di antara kami yang secara terbuka mengkritik perusahaan, atau berkomunikasi langsung dengan orang tua kandung," ucap Alina.

Baca juga: Seperti Apa Kehidupan Ekonomi Warga Palestina?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PTMP Tebar Dividen Rp 4,2 Miliar, Perdana Sejak IPO

PTMP Tebar Dividen Rp 4,2 Miliar, Perdana Sejak IPO

Whats New
Apa itu NPWP? Ini Penjelasannya

Apa itu NPWP? Ini Penjelasannya

Work Smart
Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Whats New
Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com