Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
HILIRISASI INDUSTRI

Menilik Pertumbuhan Masyarakat di Sekitar Kawasan Smelter di Sulawesi Dulu dan Kini

Kompas.com - 01/07/2024, 14:55 WIB
Sheila Respati

Penulis

KOMPAS.com – Nikel merupakan salah satu komoditas andalan di Sulawesi Tengah (Sulteng). Berdasarkan data dari Badan Geologi yang dirilis pada 2020, Sulteng menjadi lokasi cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu hampir 50 persen atau setara 72 juta ton.

Dengan potensi tersebut, tak heran jika nilai investasi dari total Foreign Direct Investment (FDI) untuk bijih nikel di Sulteng bisa mencapai 7,5 miliar dolar AS pada 2019-2022. Salah satu faktor naiknya nilai investasi pada bijih nikel adalah karena kebutuhannya yang terus meningkat.

Peluang tersebut pun memacu ambisi pemerintah Indonesia agar program hilirisasi nikel dapat diterapkan kepada perusahaan smelter nikel di seluruh Indonesia, termasuk di Sulteng. Tujuannya, untuk memberikan nilai tambah dari nikel setengah jadi atau nickel pig iron (NPI) yang dapat diperjualbelikan dengan harga yang lebih tinggi. Hasilnya, penjualan NPI naik hingga 3,3 kali lipat menjadi 90 dollar AS per ton.

Strategi itu pun berjalan sesuai rencana. Hilirisasi nikel berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan studi Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), ada empat provinsi penghasil nikel terbesar di Indonesia yang mengalami peningkatan realisasi investasi di sektor hilir, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Sulteng.

Baca juga: Dukung UMKM dan BUMDes Desa Bunta, PT GNI dan PT SEI Gelar Pelatihan Kewirausahaan

Kontribusi tersebut tentunya turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Sulteng. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS,) ekonomi Sulteng tumbuh sebanyak 12,69 persen pada kuartal III-2023.

Jika dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tercatat adanya peningkatan sebesar 42,23 persen dari industri pengolahan, sebanyak 15,59 persen dari pertambangan, dan 14,78 persen dari sektor pertanian kehutanan serta perikanan. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri pengolahan nikel menjadi salah satu penopang ekonomi Sulteng.

Salah satu perusahaan yang berkontribusi adalah PT Gunbuster Nickel Industri (PT GNI). Perusahaan ini memiliki smelter nikel yang beroperasi di beberapa wilayah di Sulteng, tepatnya di Morowali Utara.

Salah satu dampak positif yang dirasakan masyarakat adalah meningkatnya taraf hidup yang dipicu karena semakin ramainya kawasan di sekitar smelter PT GNI. Hal ini pun mendorong aktivitas perdagangan lebih dinamis ketimbang sebelumnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Misriawati Tosae, salah satu pedagang sayur di Pasar Desa Bunta. Ia mengatakan bahwa omzet penjualannya naik sejak PT GNI beroperasi. Sebabnya, kondisi pasar semakin ramai pembeli dan penjual juga bertambah banyak.

“Setelah PT GNI ada di sini, omzet penjualan saya bertambah. Padahal, dulu saya hanya mampu membawa pulang Rp 50.000 per hari dari hasil jualan,” kata Misriawati.

Hal yang sama juga dikatakan oleh pedagang pakaian di Pasar Desa Bunta bernama Rizal. Awalnya, toko Rizal cenderung sepi. Namun, sejak PT GNI hadir, tokonya semakin ramai karena banyak karyawan yang membeli pakaian yang dijualnya.

“Harapan saya, semoga PT GNI semakin banyak merekrut karyawan. Dengan jumlah karyawan yang semakin banyak, Pasar Desa Bunta jadi tambah ramai,” ujar Rizal.

Selain membuat aktivitas ekonomi semakin ramai, kehadiran smelter nikel di Sulawesi Tengah juga memberi dampak sosial. Melalui program-program tanggung jawab sosial, desa-desa semakin berkembang. Contohnya, program tanggung jawab sosial pengembangan desa dan infrastruktur yang dilakukan di Morowali Utara oleh PT GNI.

Bekerja sama dengan pemerintah setempat, PT GNI membangun akses jalan dan menyelesaikan pembangunan jembatan di Desa Bungintimbe. PT GNI juga membangun akses jalan bagi karyawan menuju pabrik yang juga bisa digunakan oleh masyarakat sekitar.

Head of Corporate Communication PT GNI Mellysa Tanoyo mengatakan, langkah ini merupakan upaya dalam membangun hubungan strategis dengan para stakeholder dan masyarakat lokal.

“Program ini merupakan salah satu wujud dari komitmen perusahaan dalam menjalankan bisnis secara berkelanjutan,” kata Mellysa, seperti dikutip dari Kompas.id, Kamis (28/12/2023).

Lebih lanjut, pembangunan akses jalan di Morowali Utara juga berdampak pada pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dengan akses yang lebih baik, mobilitas masyarakat bisa lebih mudah dan cepat.

Baca juga: Dukung Pemerintah Tekan Stunting, PT GNI dan PT SEI Berikan Makanan Tambahan dan Bangun Kebun Gizi untuk Balita serta Ibu Hamil

Sementara itu, PT GNI juga ikut memajukan sektor kesehatan di Morowali Utara bekerja sama dengan PT Stardust Estate Investment. Melalui kerja sama ini, masyarakat di Morowali Utara diberikan edukasi tentang pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).

Kegiatan tersebut dilakukan di Desa Bunta, Desa Bungintimbe, dan Desa Tanauge yang lokasinya berdekatan dengan wilayah industri smelter. Dengan mengusung tema “Masyarakat Sejahtera, Desa Sejahtera”, sosialisasi yang diadakan pada 21, 24, dan 26 Agustus 2023 ini juga turut mengadakan pemeriksaan gratis bagi masyarakat.

PT GNI juga membuktikan kepeduliannya di bidang pendidikan khususnya di Morowali Utara. Perusahaan bersama dengan PT Stardust Estate Investment (SEI) memberikan sejumlah bantuan sarana dan prasarana hingga beasiswa pendidikan kepada sejumlah siswa-siswi dibeberapa sekolah di sekitar lingkar industri.

Bantuan tersebut sebagai komitmen perusahaan dalam mendukung siswa-siswi berprestasi untuk meraih cita-cita dan menjadi generasi yang unggul.

Kepala Sekolah Dasar Tokonanaka, salah satu Sekolah penerima beasiswa PT GNI, Janamudin berterima kasih kepada GNI dan SEI yang memberikan kontribusinya di bidang pendidikan untuk meningkatkan semangat para siswa di SDN Tokonanaka.

"Terima kasih kepada perusahaan, kami sangat bersyukur dengan adanya beasiswa ini karena mereka dapat meningkatkan prestasinya lagi ke depannya dan harapan kami ke depannya, inisiasi ini tidak terputus sampai di sini saja dan akan terus berkelanjutan, sehingga anak-anak bisa terus berkembang lagi," tutup Janamudin.

Komitmen penyerapan tenaga kerja lokal

Tak hanya itu, PT GNI juga berkomitmen untuk menyerap tenaga kerja lokal untuk berkontribusi pada industri pengolahan bijih nikel di Morowali Utara. Rencananya, tenaga kerja lokal yang diterima dapat mencapai puluhan ribu orang jika semua proyek di wilayah industri PT GNI telah beroperasi.

Penyerapan tenaga kerja lokal tentunya akan memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Menurut pengakuan Kilyon Lama, salah satu operator, bekerja di PT GNI telah mengubah hidupnya. Dirinya yang dulu hanya bekerja serabutan kini bisa menghidupi keluarganya secara layak.

“Sebelumnya, banyak hal-hal yang saya lakukan, tetapi tidak menghasilkan pendapatan yang layak. Sekarang, ekonomi keluarga saya semakin baik dan bisa merencanakan masa depan,” kata Kilyon.

Baca juga: PT GNI Raih Penghargaan PNBP dari Kemenaker atas Kontribusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hal yang sama juga diutarakan oleh Nur Faisal Site, seorang operator crane. Baginya, bekerja di PT GNI merupakan kesempatan untuk mengembangkan karier.

“Pertama kali bekerja, saya adalah operator crane. Sekarang, saya diangkat menjadi koordinator pengawas operator crane,” ujar Nur. (Rindu P Hestya)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com