Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Tingkat Kemiskinan Dinilai Belum Memuaskan

Kompas.com - 02/07/2024, 19:32 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan di Indonesia turun 2,22 persen poin dalam kurun waktu 10 terakhir ke level 9,03 persen pada Maret 2024. Angka tingkat kemiskinan itu menjadi yang terendah dalam kurun waktu 1 dekade.

Meskipun demikian, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, perkembangan tingkat kemiskinan itu belum memuaskan. Padahal, angka garis kemiskinan yang digunakan oleh BPS (Rp 582.932 per bulan per kapita pada Maret 2024) untuk menentukan penduduk miskin disebut rendah.

"Kalau pakai standar garis kemiskinan yg ada pun masih belum memuaskan penurunan angka kemiskinan hanya 2,2 persen," kata dia kepada Kompas.com, Selasa (2/7/2024).

 Baca juga: Masa Jabatan Segera Berakhir, Target Tingkat Kemiskinan Jokowi Belum Tercapai

Menurut Bhima, capaian penurunan tingkat kemiskinan sebesar 2,22 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir masih terlalu kecil, jika dibandingkan dengan anggaran perlindungan sosial (perlinsos) yang terus dikucurkan pemerintah.

Tercatat pada periode yang sama, pemerintah telah menggelontorkan anggaran sekitar Rp 4.161,2 triliun untuk perlinsos.

"Artinya ada yang kurang efektif program kemiskinan dan rentan penyimpangan," ujar Bhima.

"Distorsi mulai dari perencanaan bansos, pendataan sampai penyaluran masih cukup besar," sambungnya.

 Baca juga: Problematika Kemiskinan dan Ketimpangan yang Tak Kunjung Usai

Bhima menyebutkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal merealisasikan target penurunan kemiskinan. Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, tingkat kemiskinan ditargetkan turun ke kisaran 6,5 - 7,5 persen pada 2024.

"Maka bisa disebut jokowi gagal menurunkan angka kemiskinan karena jauh sekali, meski apologinya karena ada pandemi," tuturnya.

Walaupun masih belum mencapai target yang telah ditetapkan, pemerintah memandang perkembangan angka tingkat kemiskinan nasional sebagai hal positif.

 Baca juga: 9,03 Persen Penduduk RI Masih Miskin, BPS: Tingkat Kemiskinan yang Terendah dalam 1 Dekade

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, penurunan tingkat kemiskinan memberikan harapan di tengah stagnasi perekonomian global.

Menurutnya, penurunan angka kemiskinan ditopang oleh solidnya aktivitas ekonomi domestik dan berbagai program bantuan sosial pemerintah, khususnya dalam merespons kenaikan inflasi pangan pada awal 2024.

Ia bilang pemerintah akan terus berupaya menurunkan tingkat kemiskinan melalui berbagai instrumen tersedia.

 Baca juga: Student Loan: Memberi Peluang atau Jebakan Kemiskinan

"Pemerintah akan terus berkomitmen menjaga stabilitas inflasi sehingga dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat, yang selanjutnya dapat mengakselerasi penurunan tingkat kemiskinan dan perbaikan kesejahteraan masyarakat," tutur dia, dalam keterangannya.

Hal senada disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Jokowi, Arif Budimanta. Ia menyebutkan, tingkat kemiskinan yang menurun merupakan capaian positif, mengingat kondisi perekonomian dibayang-bayangi oleh ketidakpastian global.

"Penurunan tingkat kemiskinan ini perlu disyukuri terlebih karena capaian ini terjadi di tengah adanya dampak Elnino dan juga kondisi politik global yang menyebabkan naiknya sejumlah harga pangan termasuk beras," ucap dia dalam keterangannya.

Baca juga: Tak Cukup dengan Penurunan Kemiskinan Ekstrem

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dituduh 'Mark Up' Harga Beras Impor, Bulog Buka Suara

Dituduh "Mark Up" Harga Beras Impor, Bulog Buka Suara

Whats New
Bareskrim Geledah Kantor Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM Buka Suara

Bareskrim Geledah Kantor Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM Buka Suara

Whats New
ASDP Siagakan 23 Kapal untuk Gelaran Motocross Grand Prix MXGP Seri 2

ASDP Siagakan 23 Kapal untuk Gelaran Motocross Grand Prix MXGP Seri 2

Whats New
Simak, Ini Tiga Skema Pemindahan ASN ke IKN

Simak, Ini Tiga Skema Pemindahan ASN ke IKN

Whats New
ESDM Ungkap Tiket ke Singapura Bakal Lebih Mahal pada 2026, Kenapa?

ESDM Ungkap Tiket ke Singapura Bakal Lebih Mahal pada 2026, Kenapa?

Whats New
Cara Beli Tiket Final Four Proliga 2024 melalui PLN Mobile

Cara Beli Tiket Final Four Proliga 2024 melalui PLN Mobile

Whats New
HUT Ke-60 BKI, Dirut Ingatkan soal Lokomotif Perubahan

HUT Ke-60 BKI, Dirut Ingatkan soal Lokomotif Perubahan

Whats New
Bocoran OJK, Volume Perdagangan Bursa Karbon hingga Juli 2024 Belum Sesuai Ekspektasi

Bocoran OJK, Volume Perdagangan Bursa Karbon hingga Juli 2024 Belum Sesuai Ekspektasi

Whats New
PT Kreatif Dinamika Integrasi Raih Microsoft Partner of the Year Indonesia 2024

PT Kreatif Dinamika Integrasi Raih Microsoft Partner of the Year Indonesia 2024

Whats New
Lewat Program Bale Berdaya, Pelaku UMKM di Kabupaten Sumbawa Didorong untuk Memiliki Daya Saing

Lewat Program Bale Berdaya, Pelaku UMKM di Kabupaten Sumbawa Didorong untuk Memiliki Daya Saing

Rilis
Punya Peran Penting Dalam Transisi Energi, Direksi-Serikat Pekerja PLN Harus Sinergi

Punya Peran Penting Dalam Transisi Energi, Direksi-Serikat Pekerja PLN Harus Sinergi

Whats New
Ekonom Sebut Tata Kelola LPEI Beda dengan BUMN Lain

Ekonom Sebut Tata Kelola LPEI Beda dengan BUMN Lain

Whats New
Per 12 Agustus, BCA Ubah Biaya Admin Tagihan Telkom, Indihome, dan Telkom Halo

Per 12 Agustus, BCA Ubah Biaya Admin Tagihan Telkom, Indihome, dan Telkom Halo

Whats New
Stasiun MRT Jakarta Glodok dan Kota Telah Tersambung

Stasiun MRT Jakarta Glodok dan Kota Telah Tersambung

Whats New
Kemenhub Ungkap Tantangan Kelola 112 Terminal Bus Tipe A, dari Lokasi Tak Strategis hingga Sepi Peminat

Kemenhub Ungkap Tantangan Kelola 112 Terminal Bus Tipe A, dari Lokasi Tak Strategis hingga Sepi Peminat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com