Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diprediksi Bakal Turunkan Suku Bunga Pekan Ini, Berikut Alasannya

Kompas.com - 19/02/2020, 10:02 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen minggu ini, 19-20 Februari 2020.

Penurunan suku bunga tersebut karena adanya wabah virus corona yang akhirnya berdampak signifikan pada perdagangan, sektor pariwisata, dan pertumbuhan PDB nasional.

Satria melihat, investasi merupakan yang dapat paling terpengaruh karena penghentian impor dari China dapat memengaruhi aktivitas manufaktur lokal.

"Kami melihat perlunya bank sentral untuk bertindak secara pre-emptively untuk menghadapi kemungkinan pelambatan dalam investasi," kata kata Satria dalam laporannya, Rabu (19/2/2020).

Baca juga: Omnibus Law, Batas Minimal Kepemilikan Pesawat Maskapai Dihapus?

Data yang dipaparkan Satria menunjukkan, 50 persen impor Indonesia dari Cina adalah barang-barang manufaktur (HS84 / mesin-mesin industri, HS85 / peralatan listrik, HS72 & 73 / artikel besi dan baja) yang bertindak sebagai perantara barang untuk industri dalam negeri.

Sebagai contoh, tahun lalu Indonesia mengimpor dari China sejumlah besar suku cadang telekomunikasi (1,8 miliar dollar AS), komputer pribadi (1,06 miliar dollar AS), prosesor papan sirkuit (557 juta dollar AS), pagar untuk proyek-proyek infrastruktur (312,3 juta dollar AS), dan sekop mesin (195.6 juta dollar AS).

"Hal itu berarti adanya potensi gangguan dalam rantai pasokan di China karena wabah virus corona akan berdampak langsung pada pertumbuhan investasi Indonesia," ungkap Satria.

Baca juga: Milenial Tak Bisa Menabung? Cek Skema Pengeluaran Ini

Satria bilang, terganggunya impor barang modal berarti tidak ada rebound yang terlihat pada pertumbuhan investasi yang sudah melambat menjadi 4,06 persen di kuartal IV 2019.

Di sisi lain, beberapa proxy juga telah mengisyaratkan perlambatan investasi di kuartal I 2020, seperti PMI berada di bawah level 50 (49,3) pada Januari 2020 menunjukkan adanya kontraksi di sektor manufaktur.

Impor barang modal pada Januari pun turun 8,99 persen secara bulanan (mtm) dan 5,26 persen secara tahunan (yoy).

Baca juga: [POPULER MONEY] Mengenang Ashraf Sinclair dan Kegigihannya di Dunia Bisnis

"Menurut perhitungan kami, pada akhirnya menjadi hambatan bagi cetakan pertumbuhan PDB tahunan pada 2020," ujar Satria.

Sementara itu, kata Satria, pemerintah juga bisa menggulirkan insentif fiskal untuk mendorong pertumbuhan.

Seperti di sektor pariwisata misalnya, bisa dilakukan dengan pemotongan pagu harga tiket pesawat untuk meningkatkan pariwisata dan merangsang ekonomi lokal.

"Begitu pun penyesuaian dalam jumlah minimum Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan kebijakan fiskal untuk sektor-sektor dengan efek pengganda (multiplier effect) yang tinggi terhadap pertumbuhan, seperti properti dan perumahan," jelasnya.

Baca juga: Eiger Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMK hingga S1

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com