JAKARTA, KOMPAS.com - Bukalapak bakal menjadi perusahaan e-commerce, atau perusahaan teknologi pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Meski hingga saat ini, perusahaan yang didirikan 11 tahun lalu tersebut masih belum mencatatkan laba atau masih merugi.
Pada penawaran saham perdana (IPO), Bukalapak menargetkan untuk bisa meraup dana sebesar 1,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21,9 triliun. Bila terealisasi, IPO Bukalapak akan menjadi IPO terbesar yang pernah ada di Indonesia.
Rencananya, saham Bukalapak akan diperdagangkan pada 6 Agustus 2021 mendatang.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam wawancaranya dengan Forbes yang dilansir Kompas.com, Sabtu (24/7/2021) pun mengungkapkan tahun pertamnya menjabat posisi tertinggi di salah satu unicorn di Indonesia sebagai tahun terberatnya.
Baca juga: Bukalapak IPO di Indonesia, Investor Bisa Pesan lewat Ajaib
Sebab, begitu ia diangkat sebagai CEO, ia harus menghadapi pandemi Covid-19.
"Bagi sebagian besar rekan saya, pandemi Covid-19 mungkin adalah krisis nyata pertama yang mereka hadapi di kehidupan dewasa mereka," ujar dia.
Meski demikian, ia meyakini seburuk apapun kondisi yang terjadi saat ini, bila perusahaan bisa bertahan, maka masa buruk akan bisa terlewati.
Hal itu berdasarkan pada pengalamannya selama menghadapi krisis tahun 2008 yang salah satu pemicunya adalah kebangkrutan perusahaan keuangan Amerika Serikat, Lehman Brothers.
"Kita sudah pernah melihat siklus ini sebelumnya. Seberat apapun kondisinya, selama kita berhasil, ini pasti bisa terlewati," ujar dia.
Presiden Direktur Emtek, perusahaan pemegang saham terbesar Bukalapak, Alvin Sariaatmadja, menyatakan keterjutannya terhadap animo investor baik dalam dan luar negeri terkait IPO Bukalapak. Sebab, dengan kondisi pandemi yang masih belum berakhir, ia menilai minat masyarakat terhadap IPO Bukalapak cukup tinggi.
Baca juga: Ingin Beli Saham IPO Bukalapak? Simak Caranya Berikut
"Kami sangat terkejut dengan momentum dan tingkat ketertarikan baik dari investor domestik dan internasional," ujar Alvin.
Dengan upaya penyerapan dana dari pasar saham, diharapkan Bukalapak mampu memiliki amunisi lebih untuk menghadapi persaingan di pasar e-commerce yang kian ketat.
Berdasarkan data Google, Tamasek, serta Bain, saat ini GoTo, Shopee, dan Lazada saat ini merupakan pesaing Bukalapak di pasar e-commerce yang tumbuh 54 persen sepanjang 2020 dengan total GMV mencapai 32 miliar dollar AS.
Diproyeksi pada tahun 2025 mendatang, total GMV Indonesia bakal mencapai 83 miliar dollar AS.
Baca juga: Ini Catatan Analis atas Saham Bukalapak yang Akan Melantai di Bursa
Dengan target dana Rp 21,9 triliun dari IPO, Bukalapak berenccana menawarkan sahamnya di kisaran Rp 750 hingga Rp 850 per saham dengan total 19,3 miliar lembar saham yang akan diperdagangkan.
Rencana penggunaan dana IPO sebagai berikut, sekitar 66 persen akan digunakan PT Bukalapak.com Tbk sebagai modal kerja. Sisanya 34 persen akan digunakan sebagai modal kerja di entitas anak usaha, dengan rincian sekitar 15 persen akan dialokasikan kepada PT Buka Mitra Indonesia, sekitar 15 persen akan dialokasi kepada PT Buka Usaha Indonesia
Selanjutnya, Masing-masing sekitar satu persen akan dialokasikan ke PT Buka Investasi Bersama, PT Buka Pengadaan Indonesia, Bukalapak Pte, Ltd, dan PT Five Jack.
Baca juga: Mau IPO, ASDP Kantongi Laba Rp 147 Miliar di Semester I 2021
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.