Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahlil: Perusahaan Asing Rugi jika Tak Kembangkan Manufakturnya di Indonesia

Kompas.com - 30/08/2023, 20:39 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, para perusahaan asing akan rugi bila tak mengembangkan pabrik manufakturnya di Indonesia.

Sebab menurut Bahlil, jumlah penduduk Indonesia paling besar di kawasan Asia Tenggara yaitu hampir 250 juta penduduk. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini di angka 5,17 persen atau berada di atas negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.

"Karena itu menurut saya alangkah ruginya kalau teman-teman yang melakukan proses industri tidak membangun manufakturnya di Indonesia," kata Bahlil dalam pidato sambutan "Peletakan Batu Pertama Pabrik PepsiCo Indonesia" di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (30/8/2023).

Baca juga: Di Hadapan Bos PepsiCo, Bahlil Pamer Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kalahkan AS

Bahlil mengatakan, perizinan usaha di Indonesia kian mudah dan cepat terutama sejak adanya Undang-Undang tentang Cipta Kerja.

Selain itu, ia mengatakan, Indonesia terbuka terhadap negara-negara maju yang ingin berinvestasi.

"Dalam kaitannya dengan investasi, Amerika Serikat masuk 5 besar jadi tidak benar Indonesia hanya mengurus satu negara tertentu, Amerika juga masuk ke Indonesia dan 5 besar," ujarnya.

Lebih lanjut, Bahlil meminta PepsiCo Indonesia melibatkan pengusaha lokal dan pelaku UMKM dalam menjadi rantai pasok dan logistik.

Ia mengatakan, selain berdampak terhadap pendapatan negara dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah berharap investasi PepsiCo dapat berkolabirasi dengan pelaku usaha lokal.

"Artinya kolaborasi adalah kunci bagaimana mendorong ekonomi dan memberikan manfaat ekonomi secara nasional yang dilakukan para investor," ucap dia.

Sebelumnya, PepsiCo Indonesia meresmikan peletakan batu pertama pabrik di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (30/8/2023). PepsiCo membawa estimasi investasi senilai 200 juta dollar AS atau Rp 3 triliun (kurs Rp 15.000).

Baca juga: 7 Kuartal Ekonomi Indonesia di Atas 5 Persen, Sri Mulyani: Ini Tidak Mudah

CEO Asia Business Unit PepsiCo Parinya Kitjatanapan atau disapa Eric mengatakan, pabrik akan dibangun di atas lahan seluas 60.000 m2 nantinya akan memproduksi sejumlah produk makanan ringan.

Pabrik tersebut, kata dia, akan menjadi fasilitas manufaktur yang sepenuhnya menerapkan prinsip keberpanjutan.

"Sejak hari pertama beroperasi pabrik ini akan menerapkan keberlanjutan lingkungan serta pengembangan sumber daya manusia dalam inti operasinya, memastikan praktiknya tetap selaras dengan standar lingkungan global sekaligus menciptakan dampak sosial yang positif," kata Eric dalam kata sambutan Peletakan Batu Pertama Pabrik PepsiCo Indonesia di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (30/8/2023).

Eric mengatakan, pabrik tersebut akan menyerap ribuan tenaga kerja lokal secara bertahap.

Ia juga mengatakan, pembangunan pabrik PepsiCo akan memakan waktu dua tahun atau selesai pada tahun 2025 mendatang.

"Dalam operasinya pabrik akan menggunakam 100 persen sumber listrik terbarukan. Terkait pengolaan air, PepsiCo akan menerapkan pemanfaatan ait daur ulang serta mengadopsi pendekatan net water positive dari hari pertama beroperasi dan didukung inisitif ESG tingkat regional," ujarnya.

Baca juga: Soal Cadangan Nikel di RI Menipis, Bahlil: Di Papua Masih Banyak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Libur 'Long Weekend', KCIC Tawarkan Tiket Whoosh Mulai Rp 150.000

Jelang Libur "Long Weekend", KCIC Tawarkan Tiket Whoosh Mulai Rp 150.000

Whats New
Garuda Alihkan 2 Pesawat untuk Angkutan Haji, 100 Penerbangan Terdampak

Garuda Alihkan 2 Pesawat untuk Angkutan Haji, 100 Penerbangan Terdampak

Whats New
BPR yang Mau Melantai di Bursa Wajib Penuhi Ini

BPR yang Mau Melantai di Bursa Wajib Penuhi Ini

Whats New
Harga Emas Terbaru 21 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 21 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Tembus 16,43 Juta Sepanjang Mei 2024

Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Tembus 16,43 Juta Sepanjang Mei 2024

Whats New
BPR Bangkrut karena Kecurangan Pengurus, Ini Upaya OJK

BPR Bangkrut karena Kecurangan Pengurus, Ini Upaya OJK

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Selasa 21 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Selasa 21 Mei 2024

Spend Smart
Siapkan RAPBN 2025, Sri Mulyani: Kita Terus Berkomunikasi dengan 'Orang' Prabowo

Siapkan RAPBN 2025, Sri Mulyani: Kita Terus Berkomunikasi dengan "Orang" Prabowo

Whats New
Ekonom Sebut Ada Potensi Rp 10.529 Triliun ke PDB dari Energi Terbarukan Berbasis Komunitas

Ekonom Sebut Ada Potensi Rp 10.529 Triliun ke PDB dari Energi Terbarukan Berbasis Komunitas

Whats New
IHSG Awal Sesi Fluktuatif, Rupiah Melemah Tembus Level Rp 16.033

IHSG Awal Sesi Fluktuatif, Rupiah Melemah Tembus Level Rp 16.033

Whats New
Menaker Ida Sebut Program Desmigratif Layak Dilanjutkan

Menaker Ida Sebut Program Desmigratif Layak Dilanjutkan

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kemenhub Pastikan Pesawat Haji yang Terbakar di Makassar Punya Sertifikat Laik Terbang

Kemenhub Pastikan Pesawat Haji yang Terbakar di Makassar Punya Sertifikat Laik Terbang

Whats New
Kala Tiga Kementerian Saling Tuding soal Penumpukan Kontainer di Pelabuhan

Kala Tiga Kementerian Saling Tuding soal Penumpukan Kontainer di Pelabuhan

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 21 Mei 2024: Daging Ayam Naik, Daging Sapi Turun

Harga Bahan Pokok Selasa 21 Mei 2024: Daging Ayam Naik, Daging Sapi Turun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com