Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB Nilai China Masih Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Asia

Kompas.com - 11/04/2024, 21:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

BEIJING, KOMPAS.com - Asia Development Bank (ADB) memproyeksikan China masih akan tetap menjadi mesin pertumbuhan terbesar bagi perekonomian dunia, meskipun terjadi perlambatan ekonomi.

Kepala ekonom ADB Albert Park mengatakan, China tetap akan menjadi negara penting dalam beberapa waktu ke depan.

"Mereka (China) masih menyumbang hampir setengah dari produk domestik bruto (PDB) di Asia Pasifik," kata dia, dikutip dari CNN, Kamis (11/4/2024).

Baca juga: Vietnam Siapkan Rencana Jalur Kereta Cepat Menuju China

China dinilai masih akan menjadi negara penting di tengah tren perlambatan ekonomi yang kemungkinan masih akan terjadi di tahun-tahun mendatang.

ADB memperkirakan China akan mencatat pertumbuhan PDB tahunan senilai 4,8 persen pada 2024. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi pemerintah China di angka 5 persen.

Pada 2023, PDB China tumbuh 5,2 persen secara tahunan, atau lebih tinggi dari perkiraan di level 5 persen.

Baca juga: Mata Uang China, Sejarah, dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Bahkan dengan pertumbuhan yang lebih lambat, data ADB memperkirakan China akan menyumbang 46 persen pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia pada 2024-2025.

Saat ini, China menyumbang 18 persen PDB global dan 48 persen PDB Asia dinilai dari nilai tukar paritas daya beli.

Di sisi lain, Asia juga memiliki India yang mencatat perkembangan ekonomi signifikan lewat kekuatan teknologi dan manufakturnya.

Baca juga: Indonesia Gandeng China untuk Riset Potensi Laut Dalam

Albert memprediksi, pertumbuhan ekonomi India akan menjadi yang paling tinggi di kawasan atau sekitar 7 persen pada 2024, dan 7,2 persen pada 2025.

“Pentingnya India terhadap pertumbuhan di kawasan ini semakin meningkat,” imbuh dia.

Meskipun India seolah-olah menjadi titik terang baru di kawasan Asia, tetapi perekonomiannya masih lebih kecil dibandingkan China. Ekonomi negeri Tirai Bambu ini disebut memiliki 2,5 kali lipat dibandingkan India.

Baca juga: Luhut Pamer Bawa 3 Investasi Jumbo dari China ke RI

“Jadi berdasarkan tolok ukur itu, menurut saya, akan memakan waktu lama bagi India untuk benar-benar mendorong pertumbuhan global,” tandas dia.

Sebagai informasi, ADB memperkirakan pertumbuhan PDB Amerika Serikat akan turun ke level 1,9 persen dari 2,5 persen tahun lalu. Selain itu, PDB Jepang diperkirakan akan tumbuh 0,6 persen, dibandingkan pertumbuhan 2023 yang mencapai 1,9 persen.

Bank Dunia juga memperkirakan pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia tahun ini akan sedikit lebih kuat dibandingkan proyeksi akhir 2023.

Hal ini karena negara ekonomi berkembang Asia ditopang permintaan domestik yang sehat, mengimbangi perlambatan di China.  

Baca juga: Luhut Ungkap Rencana Investasi Produsen Mobil Listrik China di RI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com